Indonesia Bisa Kelola Lebih Banyak Sektor Pariwisata Bahari

tsunami
Wisatawan berwisata dari Pantai Barat Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Wilayah ini pernah dilanda tsunami pada 2006 silam, dan masih berpotensi terjadi kembali. (Foto: TEdi Yusup)*
Dosen Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Dr.rer.nat. Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi, M.Si., menjadi pembicara pada Webinar “Optimalisasi Kawasan Pesisir dan Kelautan untuk Pariwisata Bahari”, Selasa (10/8).*

[unpad.ac.id] Indonesia memiliki banyak potensi bahari yang bisa dikembangkan menjadi pariwisata. Di sisi lain, payung hukum untuk mengelola pariwisata bahari di Indonesia sudah ada, sehingga setiap pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengelola pariwisata bahari secara optimal dan berkelanjutan.

“Berkelanjutan ini menjadi poin penting, karena jangan sampai pengelolaan itu hanya berlangsung hanya 5-30 tahun saja,” ujar pakar ekologi perairan yang juga Dosen Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Dr.rer.nat. Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi, M.Si., saat menjadi pembicara pada Webinar “Optimalisasi Kawasan Pesisir dan Kelautan untuk Pariwisata Bahari”, Selasa (10/8).

Webinar ini digelar oleh kelompok KKN Virtual Unpad tahun 2021 dengan dosen pembimbing Dr.sc.agr. Yudi Nurul Ihsan, M.Si.

Dewi menjelaskan, data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mengungkapkan, Indonesia memiliki 99 ribu kilometer garis pantai, 3,257 juta kilometer persegi luas laut, dan 20,87 juta ha luas kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang berpotensi dikelola menjadi pariwisata bahari.

Belum lagi sejumlah potensi bahari lain, seperti keanekaragaman terumbu karang, kawasan mangrove, hingga keanekaragaman biota laut yang bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata.

Pemerintah sendiri sudah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas Indonesia. Dari 10 destinasi tersebut, delapan di antaranya merupakan destinasi pariwisata bahari. Hal ini menunjukkan bahwa sektor bahari Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan wisata.

Lebih lanjut Dewi menjelaskan, pengembangan pariwisata bahari memiliki banyak jenis, antara lain pariwisata berbasis keindahan alam, berbasis budaya/tradisi bahari, berbasis aktivitas seperti selancar dan memancing, hingga berbasis festival-festival bahari.

Meski sektor pariwisata saat ini melesu akibat pandemi Covid-19, Dewi mengatakan bahwa ada upaya yang bisa dilakukan agar pariwisata bahari mampu bangkit. Salah satunya dengan memanfaatkan kreativitas para generasi milenial.

“Generasi milenial bisa dibongkar untuk memanfaatkan pariwisata menjadi lebih kekinian,” kata Dewi.

Sementara itu, Yudi mengatakan, sektor bahari menjadi potensi cukup pesat yang dimiliki Indonesia. Potensi ini bisa dimanfaatkan guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 mendatang. “Diperkirakan pada 2045 akan terjadi persaingan sumber daya alam. Kita memiliki anugerah sumber daya alam melimpah yang berpotensi membuat Indonesia menjadi negara terdepan,” kata Yudi.

Webinar yang diikuti 308 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia ini juga menghadirkan pembicara Putri Selam Indonesia 2017 Madhina Suryadi.*

Share this: