Lebih Dekat dengan Ivan Octa Putra, Juru Bahasa Isyarat Tuli pada Prosesi Wisuda Unpad

juru bahasa isyarat
Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti bersama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Arief S. Kartasasmita, PhD, menyapa Ivan Octa Putra, seorang juru bahasa isyarat tuli yang menerjemahkan pelaksanaan Prosesi Wisuda Gelombang I Universitas Padjadjaran tahun akademik 2021/2022 di kanal YouTube Unpad, Kamis (4/11/2021). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Jika melihat tayangan siaran langsung pelaksanaan Prosesi Wisuda Gelombang I Universitas Padjadjaran tahun akademik 2021/2022 di kanal YouTube Unpad, Kamis (4/11/2021), ada layar kecil berupa tayangan juru bahasa isyarat yang sedang melaksanakan tugasnya.

Unpad sudah tiga kali menggunakan layanan juru bahasa isyarat dalam pelaksanaan prosesi wisuda daringnya, yaitu pada Wisuda Gelombang III yang digelar Mei lalu, serta Wisuda Gelombang IV pada Agustus lalu.

Proses penerjemahan bahasa isyarat tersebut dilakukan oleh tiga orang, yaitu Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad Dr. Herlina Agustin, M.T., juru bahasa isyarat dengar bernama Indah Pristiani, serta seorang juru bahasa isyarat tuli bernama Ivan Octa Putra. Ivan sendiri merupakan juru bahasa isyarat dari teman tuli.

Dalam pelaksanaannya, Ivan melakukan penerjemahan dengan melihat ke layar yang disediakan. Agar penerjemahan sesuai dengan yang disampaikan, ia berkoordinasi langsung dengan Indah.

“Juru bahasa isyarat dengar membantu saya menyesuaikan dengan isyarat yang saya ungkapkan,” tutur Ivan yang diterjemahkan oleh Indah kepada Kanal Media Unpad.

Sempat Deg-degan

Ivan Octa Putra saat bertugas menjadi juru bahasa isyarat tuli pada Prosesi Wisuda Unpad Gelombang I Tahun Akademik 2021/2022, Kamis (4/11/2021). (Foto: Dadan Triawan)*

Awalnya, Ivan memiliki kekhawatiran jika isyarat yang diungkapkan tidak pas dengan kata-kata yang disampaikan. Apalagi, ia merupakan seorang tuli, sehingga punya tantangan berbeda dibandingkan dengan juru bahasa isyarat dari masyarakat dengar yang secara langsung mendengar situasi pelaksanaan wisuda di sana.

Untungnya, panitia wisuda Unpad mengantisipasinya dengan menyediakan layar yang menampilkan pidato ataupun teks lagu. Selain itu, ia dan Indah terlebih dahulu melakukan latihan sebelum acara dimulai, mengingat acara yang dihadapi merupakan acara formal universitas.

“Panitia juga menyiapkan backaground supaya tangan kami saat bergerak bisa terlihat jelas. Jadi ketika ada tuli yang menonton bisa dengan jelas memahami bahasa isyaratnya. Teman-teman tuli kuat di kuat di bahasa visual, tangan yang bisa terlihat jelas membuat teman-teman tuli bisa fokus melihat bahasa isyarat,” paparnya.

Diakui Ivan, menjadi juru bahasa isyarat tuli dalam acara wisuda Unpad bukanlah hal mudah. Sikap yang bagus, hingga menyesuaikan dengan etika sebagai juru bahasa isyarat dilakukan agar teman-teman tuli bisa nyaman dan menangkap isyarat dengan baik.

Di akhir acara, tim juru bahasa isyarat mengevaluasi terhadap layanan yang sudah diberikan. Evaluasi dilakukan untuk mengecek apakah ada kesalahan penyampaian atau tidak.

Selain itu, pelaksanaan wisuda dengan durasi lebih dari tiga jam menuntut seorang juru bahasa isyarat tetap fokus. Karena itu, juru bahasa isyarat dibantu oleh Indah dan Herlina yang memiliki kemampuan sebagai juru bahasa isyarat.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad Dr. Herlina Agustin, M.T., bertugas menjadi juru bahasa isyarat pada Prosesi Wisuda Gelombang I Universitas Padjadjaran tahun akademik 2021/2022 di kanal YouTube Unpad, Kamis (4/11/2021). (Foto: Dadan Triawan)*

“Kalau juru bahasa tidak tergantikan, tentu akan lelah. Makanya ada dua juru bahasa isyarat. Kalau tidak bergantian, maka isyarat yang diungkapkan akan menjadi tidak fokus,” kata Ivan yang sudah dua tahun menjadi juru bahasa isyarat tuli.

Menuju Kampus Inklusif

Ivan mengapresiasi upaya Unpad yang sudah tiga kali menggunakan layanan juru bahasa isyarat dalam prosesi wisuda. Hal ini menandakan bahwa Unpad terus berupaya menjadi kampus yang ramah disabilitas, khususnya bagi masyarakat tuli.

“Menurut saya ini adalah langkah yang bagus. Apalagi Unpad mengajak juru bahasa isyarat beserta tandemnya, sehingga saya bisa mengadaptasi antara suara dan isyarat yang saya ungkapkan,” tutur Ivan.

Supaya lingkungan menjadi lebih inklusif, Ivan mendorong agar juru bahasa isyarat juga dipraktikkan dalam aktivitas perkuliahan. Mata kuliah yang diajarkan sebaiknya juga menggunakan juru bahasa isyarat untuk menerjemahkan bahasa kuliah.

Ivan juga mendorong Unpad memiliki komunitas khusus untuk belajar bahasa isyarat. Dengan demikian, mayoritas orang dengar di Unpad bisa berkomunikasi dengan orang tuli. “Kalau sudah seperti itu, Unpad tidak perlu lagi memanggil juru bahasa isyarat karena masyarakatnya sudah bisa bahasa isyarat,” tutupnya.*

Share this: