Program Matching Fund Kedaireka Unpad Bina 30 Mitra Industri

Para pembicara
Para pembicara dalam program pengayaan daring “(Future-Proofed Company) Being Agile: Menjadi Usaha yang Paling Dekat dengan Pelanggan”, Sabtu (13/11/2021) lalu.*

[Kanal Media Unpad] Tim program Matching Fund Kedaireka Universitas Padjadjaran yang berjudul “Change Management Melalui Penerapan OKRs untuk Bisnis yang Inovatif” memulai kolaborasi bersama 30 mitra industri sebagai bentuk diseminasi hasil riset yang sudah dijalankan pada peneliti.

Program kolaborasi melalui pengayaan wawasan tersebut dilakukan untuk bertahan menghadapi tantangan global saat ini. Tren dunia bisnis saat ini telah banyak berubah. Karena itu, para pelaku industri perlu memahami kompleksitas yang bisa berdampak pada bisnis yang dijalankan.

Pengayaan terhadap 30 industri tersebut dilakukan Unpad melalui pertemuan daring bertajuk “(Future-Proofed Company) Being Agile: Menjadi Usaha yang Paling Dekat dengan Pelanggan”, Sabtu (13/11/2021) lalu.

Program ini menghadirkan mitra kolaborasi Unpad dalam program Matching Fund Kedaireka tersebut, yaitu pakar transformasi digital PT. Linxbrain Cemerlang Indonesia Khairul Ummah, Direktur BDO Indonesia Arina Marldiyah, dan Agilist dari Agility Transformation Puti Retno Ali, serta dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian yang juga ketua tim Matching Fund Unpad Dr. Dwi Purnomo.

“Pengayaan bagi 30 industri ini diperuntukkan untuk memberikan wawasan terkini bagaimana dunia bisnis sudah sangat berubah dan perlunya memahami kompleksitas yang terjadi dan berdampak pada bisnis saat ini,” kata Dwi dalam rilis yang diterima Kanal Media Unpad.

Materi selanjutnya disampaikan Puti Retno Ali. Menurutnya, menjadi agile atau tangkas merupakan keharusan bagi pelaku usaha untuk beradaptasi. Selain itu, pelaku usaha juga wajib menanamkan sikap ini sebagai pola pikir dan fundamental dasar perubahan.

Khairul dari Linxbrain mengungkapkan lebih dalam pemahaman transformasi digital yang perlu ditekankan pada budaya kerja dan organisasi. Menurutnya, jangan terjebak pada sekadar digital dan digitalisasi semata. Namun, budaya kerja merupakan fokus yang sesungguhnya.

Sementara Arina menyampaikan, untuk menjadi usaha yang paling dekat dengan pelanggan adalah dengan memperhatikan dua kategori pelanggan. Dua kategori tersebut yaitu pelanggan luar berupa konsumen sebenarnya dan pelanggan dari dalam berupa anggota tim.

Mengelola tim dan pelanggan perlu memperhatikan prinsip bahwa budaya setiap organisasi adalah berbeda, sehingga perlakuan pada setiap proses perubahannya adalah unik sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Hal ini terus dilakukan hingga keduanya bisa menjadi organisasi dengan karakteristik Business Value Driven.

Usai menerima materi tersebut, 30 mitra menyatakan ketertarikannya dalam menyelenggarakan proses transformasi ini. Harapannya, bisnis yang dijalankan dapat berlangsung baik dan terjaga keberlanjutannya.

Rangkaian program dari Program Macthing Fund Kedaireka Kemendikbudristek ini berupa uraian hasil-hasil riset dan upaya mewujudkan transformasi pendidikan tinggi. Program tersebut mengikutsertakan 200 mahasiswa aktif untuk dilakukan pembimbingan dan pengarahan.(rilis)*

Share this: