Atasi Ketertinggalan, Indonesia Perlu Siapkan Strategi Baru Pertumbuhan Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menjadi pembicara pada webinar internasional “Building A Good-Jobs Economy Through Productivity-Led Structural Transformation”, Selasa (12/1/2022) lalu.*

[Kanal Media Unpad] Kementerian PPN/Bappenas mengkaji bahwa pasca pandemi Covid-19, Indonesia setidaknya memerlukan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6 persen per tahun agar bisa keluar dari jebakan negara pendapatan menengah (middle income trap) sebelum 2045, atau 100 tahun Indonesia merdeka.

“Pertumbuhan di lima persen tidak cukup bagi Indonesia untuk menjadi negara dengan pendapatan perkapita yang tinggi,” kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti pada webinar internasional “Building A Good-Jobs Economy Through Productivity-Led Structural Transformation”, Selasa (12/1/2022) lalu.

Webinar tersebut digelar Pusat Unggulan SDGs Center Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Bappenas, Forum Kajian Ketenagakerjaan, dan Indonesia Bureau of Economic Research (IBER).

Amalia menyebut, salah satu kunci untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun adalah peningkatan produktivitas. Kendati demikian, tingkat produktivitas ekonomi Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN.

Guna mengatasi hal tersebut, Indonesia membutuhkan strategi transformasi ekonomi yang baik. Transformasi salah satunya dilakukan dengan memperbarui sumber daya dan motor penggerak ekonomi.

“Kita juga perlu untuk menemukan sumber daya dan sektor yang baik yang mampu mendukung pertumbuhan produktivitas ekonomi di Indonesia,” kata Amalia.

Tantangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi cukup besar. Industrialisasi yang kerap menjadi motor utama pertumbuhan, kini semakin berkuang kekuatannya dalam mendorong transformasi struktural.

Guru Besar Harvard University Prof. Dani Rodrik menilai, daya serap tenaga kerja di sektor industri sudah berkurang di hampir semua negara berkembang. Diperlukan model pembangunan baru yang lebih sesuai menghadapi situasi saat ini.

“Strategi pertumbuhan ekonomi itu, harus berfokus pada penciptaan pekerjaan berkualitas,” ujarnya.

Salah satu yang bisa dikaji untuk menjadi model pembangunan baru adalah goods-job development model. Model ini, kata Prof. Rodrik, berfokus pada peningkatan kualitas pekerjaan di sektor kecil dan menengah, menghubungkan kebijakan pelatihan dengan industri, subsidi upah, serta pelayanan usaha yang fleksibel.

Senada Prof. Rodrik, Guru Besar Cape Town University Prof. Haroon Bhorat menekankan pentingnya dukungan terhadap perusahaan mikro dan survivalist firm, atau perusahaan yang berada di ambang batas tidak memilii akses terhadap infrastruktur pada fasilitas dasar penyimpanan dan logistik. Meski berada di ambang batas, perusahaan ini umumnya banyak menyerap tenaga kerka.

Selain itu, sektor jasa juga perlu diptimalkan perannya dalam transformasi struktural melalui peningkatan keahlian dari para pekerja di sektor tersebut.

Perwakilan Bank Dunia Maria Monica Wiharja menyampaikan, penciptaan lapangan kerja yang baik bisa dicapai melalui percepatan pertumbuhan produktivitas di semua sektor, melakukan transisi agar pekerja bisa beralih ke sektor yang menciptakan pekerjaan kelas menengah, membangun angkatan kelas kerja menengah, serta memfasilitasi pembelajaran dan dukungan terhadap kelompok pekerja tertentu. (rilis)*

Share this: