Ekologi Pencemaran, Kajian Baru untuk Analisis Dampak Pencemaran

Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Sunardi, M.Si., PhD, membacakan orasi ilmiah berjudul “Ekologi Pencemaran: Suatu Nexus Antara Senyawa Pencemar Lingkungan dengan Sistem Sosial-Ekonomi” pada upacara pengukuhan yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (31/3/2022) lalu. (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Sunardi, M.Si., PhD, menjelaskan, eskalasi pencemaran lingkungan terus meningkat seiring dari aktivitas manusia yang juga meningkat. Dampak pencemaran saat ini telah melampaui batas ekologi, sehingga menuntut berbagai disiplin ilmu untuk mengungkap lebih komprehensif terhadap dampak tersebut.

“Pekerjaan rumah terkait efek merusak pencemar masih banyak belum tersentuh setelah masuknya aspek-aspek baru dalam sains pencemaran,” kata Prof. Sunardi saat membacakan orasi ilmiahnya berjudul “Ekologi Pencemaran: Suatu Nexus Antara Senyawa Pencemar Lingkungan dengan Sistem Sosial-Ekonomi”.

Orasi tersebut dibacakan berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar bidang Ilmu Ekologi Perairan dan Pencemaran pada upacara pengukuhan yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (31/3/2022) lalu.

Prof. Sunardi memaparkan, di masa lalu, ilmu toksikologi lingkungan ataupun ekotoksikologi telah menitik-beratkan kajiannya pada aspek toksikokinetik dan toksikodinamik dari zat-zat pencemar pada level tersebut.

Kajian ini berangkat dari dampak yang dihasilkan dari pelepasan senyawa beracun ke lingkungan akibat aktivitas pencemaran. Buangan senyawa beracun tersebut berdampak besar pada timbulnya kerusakan dalam sistem biologi sejak level paling rendah.

Kini, keterkaitan pencemaran dengan persoalan kesehatan, hingga sosial dan ekonomi, telah menjadi area kajian baru dalam melacak kerugian akibat pencemaran lingkungan. Untuk itu, studi tentang pencemaran harus makin diperluas untuk mengungkapkan interdependensinya dengan ketiga pilar pembangunan berkelanjutan, ekonomi, sosial dan lingkungan.

“Telah mulai banyak kasus pencemaran yang mengait dengan isu-isu kesehatan yang baru, dan masalah sosial-ekonomi. Pencemaran, dengan demikian, tidak lagi menjadi semata-mata isu lingkungan tetapi ia juga sebagai isu sosial dan ekonomi,” papar Prof. Sunardi.

Prof. Sunardi mengatakan, studi pencemaran saat ini harus memiliki perspektif yang lebih komprehensif dan melampaui kajian toksikologi. Hal ini menjadi perhatian Prof. Sunardi. Ia kemudian membuat arah baru pengembangan sains pencemaran, yaitu ekologi pencemaran.

Ekologi pencemaran menawarkan ruang lingkup lebih lebar dibandingkan toksikologi. Jika ruang lingkup toksikologi lebih berfokus pada sifat toksik suatu senyawa racun dalam sistem biologi, maka ekologi pencemaran mengkaji relasi senyawa berbahaya dengan sistem ekologi dan sistem sosial.

“Ekologi Pencemaran dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berbagai dampak pencemaran, dan akan menjadi disiplin ilmu yang akan sangat berkembang,” ujarnya.*

Share this: