Orang Tua dan Guru Berperan Penting Cegah Dampak Perundungan Anak

Dr. Fitriani
Dr. Fitriani Yustikasari Lubis, M. Psi., Psikolog.*

[Kanal Media Unpad] Kasus perundungan anak di sekolah dapat terjadi pada semua lingkungan pendidikan. Karena itu, orang tua dan guru berperan penting untuk mencegah dampak serius dari kasus perundungan anak.

Dosen Departemen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dr. Fitriani Yustikasari Lubis, M.Psi., Psikolog, menjelaskan, perundungan anak di lingkungan sekolah biasanya terjadi karena adanya perilaku atau kondisi yang khas. Pertama, anak yang dirundung biasanya merupakan anak pendiam atau cenderung mudah dibuat cemas oleh teman-temannya.

Kedua, anak memiliki perilaku atau karakter yang tidak sama, menonjol, hingga tidak disukai teman-temannya.

“Karakteristik korban di-bully memang biasanya sangat mudah dibuat cemas. Kalau temannya menuntut sesuatu, anak akan khawatir tidak bisa memenuhi. Atau dia merupakan anak yang punya perilaku tidak sama, sampai akhirnya teman-temannya suka mengejek dia,” ujar Fitri saat diwawancarai Kanal Media Unpad.

Mengantisipasi korban perundungan mengalami dampak lebih serius, peran guru sangat penting dalam melakukan observasi dan mengamati karakter setiap anak didiknya. Guru sebaiknya mampu menilai anak didik mana yang “potensial” mengalami perundngan, memiliki karakter/perilaku menonjol, hingga memiliki masalah belajar.

“Akan lebih baik jika guru memunculkan awareness-nya dalam memperhatikan mereka-mereka yang potensial dirundung,” ucapnya.

Selain itu, guru juga harus lebih peka apabila ditemukan adanya perubahan perilaku pada peserta didiknya. Begitu ada perubahan perilaku pada salah seorang muridnya, guru dapat langsung melakukan pendampingan dan penelusuran penyebabnya.

Perubahan perilaku yang acap terlihat dari korban perundungan adalah cenderung menjadi lebih diam dan tidak bersemangat saat berada di lingkungan sekolah. “Apalagi jika sudah muncul perilaku signifikan seperti tidak mau makan, guru harus punya radarnya. Begitu ada perubahan perilaku, bisa langsung ditindaklanjuti,” tambahnya.

Penguatan Karakter oleh Orang Tua

Selain guru, orang tua menjadi aktor penting dalam mengantisipasi perundungan anak. Peran tersebut dapat dilakukan sebelum atau ketika mengalami perundungan.

Fitri menjelaskan, orang tua perlu mendapat edukasi mengenai karakter anak yang potensial mengalami perundungan. Jika karakter tersebut kemungkinan dimiliki oleh anaknya, orang tua perlu melakukan langkah antisipasi untuk memperkuat karakternya.

“Jadi kalau anak dirundung, anak harus bereaksi seperti apa. Biasanya anak-anak potensial dirundung lebih ke tidak punya keterampilan mempertankan diri. Jadi kalau orang tuanya sudah bisa aware, bisa melakukan langkah antisipatif,” jelasnya.

Langkah antisipatif yang dilakukan bisa berupa mengajarkan anak untuk bisa mempertahankan diri. Kendati demikian, ia menekankan bahwa pengajaran ini bukan mendorong anak untuk menyakiti orang lain. Akan tetapi, melatih anak untuk mampu mempertahankan diri saat mengalami tekanan dari luar.

“Lebih untuk mempertahankan diri, bukan untuk menjadi agresif,” kata Fitri.

Kendati sulit, terutama bagi anak dengan karakter rentan dirundung, Fitri menilai bahwa pengajaran yang baik dan konsisten dari orang tua akan membuat kapasitas anak menjadi bisa ditingkatkan.

Orang tua juga tidak tinggal diam tatkala menemukan anaknya telanjur menjadi korban perundungan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadari apabila ada perubahan perilaku anak.

Beberapa anak cenderung sulit bercerita mengenai kondisinya kepada orang tua. Karena itu, ketika ada perubahan perilaku pada anak, orang tua harus menyadari dan langsung melakukan pendampingan.

“Mungkin saja anaknya tidak mau cerita, tetapi meyakinkan anak bahwa orang tua ada untuk dia itu penting. Mungkin tidak diminta untuk bercerita, tapi yakinkan anak bahwa orang tua siap mendampingi dan menguatkan,” jelasnya.

Hal ini yang kerap diabaikan orang tua ketika melihat anaknya mengalami perundungan. Sikap orang tua cenderung lebih fokus pada kasus perundungannya, bukan pada kondisi psikologis anaknya.

Fitri mengatakan, depresi akut pada anak korban perundungan dapat berdampak serius. Pada level yang cukup tinggi, depresi akan menyebabkan reaksi fisik.

“Anak bisa jadi tidak berselera makan, tidak bisa tidur, gelisah, hingga dia merasa tidak punya kontrol atas dirinya karena depresinya,” tuturnya.*

Share this: