
[Kanal Media Unpad] Universitas Padjadjaran menggelar salat Iduladha 1443 Hijriah berjemaah di dua lokasi, yaitu lapangan parkir utara Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, serta Masjid Raya Unpad, Jatinangor, Minggu (10/7/2022).
Di kampus Iwa Koesoemasoemantri, imam dan khatib pada salat Iduladha adalah Guru Besar yang juga Dekan Fakultas Keperawatan Unpad Prof. Kusman Ibrahim, M.NS., PhD. Sementara imam dan khatib pada salat Iduladha di Masjid Raya Unpad adalah Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad Prof. apt. Muchtaridi, PhD.
Prof. Kusman menyampaikan khotbah bertajuk “Iduladha Sebagai Momentum Membangun Ketangguhan Umat”. Ia menjelaskan, perayaan Iduladha menjadi momentum untuk merefleksikan kembali keteladanan dan hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail as serta Siti Hajar. Kisah tersebut setidaknya mengajarkan tiga bentuk ketangguhan yang dapat umat Islam teladani.
Ketangguhan pertama adalah tangguh memegang prinsip kebenaran. Nabi Ibrahim berpegang teguh pada prinsipnya dengan cara merusak berhala meskipun harus dipandang zalim dan harus dieksekusi dengan cara dibakar.
“Beliau begitu tangguh memegang prinsip kebenaran dan inilah yang hilang dari banyak orang, tidak hanya rakyat biasa, tapi juga para pemimpin,” kata Prof. Kusman.
Ketangguhan kedua adalah tangguh dalam mencari sesuatu yang halal. Sesulit apa pun keadaan, mencari rezeki halal merupakan sesuatu yang harus dilakukan.
“Mewujudkan kedekatan kepada Allah swt tidak boleh membuat kita berdiam diri, duduk saja di masjid tanpa mau berusaha. Karena itu, masa pandemi sekarang tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak mau berusaha,” jelasnya.
Ketangguhan ketiga adalah tangguh adalah ketaatan. Ketika Allah swt telah memerintahkan umatNya melakukan sesuatu, maka umat Islam wajib melaksanakannya, meskipun sangat berat.
“Tiga bentuk ketangguhan yang dibentuk atas dasar tauhid yang kokoh, kerja keras dan ikhtiar secara maksimal, rela berkorban, sabar, tawakal dan ikhlas dalam ketaatan dan menghadapi berbagai ujian, ujungnya akan membawa pada kesalehan baik individual, keluarga, dan sosial,” kata Prof. Kusman.

Sementara Prof. Muchtaridi menyampaikan khotbah bertajuk “Ibadah Qurban, Wabah, Kesehatan Hewan, dan Kemaslahatan Umat”. Ia menyampaikan, umat Islam dapat meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail as, yang ikhlas, tabah, dan sabar menghadapi cobaan.
Situasi pandemi yang belum berakhir saat ini menuntut umat Islam lebih sabar dan terus berusaha menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi. Sikap ketidaksabaran dalam menghadapi tantangan justru akan menambah kesulitan baru.
“Bagi kita umat Islam, peristiwa pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu hendaknya dijadikan contoh dalam rangka meningkatkan kepasrahan dan ketundukan kita kepada kehendak Allah swt,” ujar Prof. Muchtaridi.
Hikmah lain yang bisa diteladani adalah menumbuhkan sikap ta’awun atau tolong menolong. Prof. Muchtaridi menjelaskan, penyembelihan kurban bukan semata menjalankan syariat belaka, tetapi mampu menjadi simbol kedermawanan dan solidaritas sosial di masyarakat.
Ibadah kurban dapat menjadi momentum masyarakat untuk membantu masyarakat lain yang terdampak pandemi untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Daging kurban yang notabene mengandung protein sangat baik untuk memenuhi angka kebutuhan protein di masyarakat yang terdampak.
“Bagi muslim yang mampu membeli hewan kurban dan panitia pengelola hewan kurban, mari kita sebarkan hewan kurban hari ini dan ke depan, pada saudara kita yang betul-betul memerlukan,” kata Prof. Muchtaridi.*