Rektor Unpad: Penyelesaian Konflik Rusia-Ukraina Modal Penting Pemulihan Ekonomi Global

konflik rusia-ukraina
Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti menjadi pembicara pada Seminar Akhir Pendidikan Pasis Seskoau Angkatan 59 TP 2022 yang digelar di Gerha Widya Dirgantara Seskoau, Lembang, Selasa (18/10/2022). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti mengungkapkan, konflik Rusia-Ukraina menambah kesulitan pemulihan ekonomi di berbagai negara di tingkat global. Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak konflik tersebut, juga dihadapkan pada tantangan pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.

“Konflik ini menambah kesulitan kita untuk mensyukuri bahwa exit dari pandemi akan muncul semangat baru, tetapi ternyata belum bisa,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada Seminar Akhir Pendidikan Pasis Seskoau Angkatan 59 TP 2022 yang digelar di Gerha Widya Dirgantara Seskoau, Lembang, Selasa (18/10/2022).

Rektor menegaskan, hal terbaik dalam mengantisipasi berbagai dampak global tersebut adalah mengakselerasi penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Upaya ini diperlukan agar dunia tidak memasuki krisis baru setelah pandemi.

“Kami tidak ingin masuk ke new crisis. Krisis pandemi sudah cukup, jangan lagi ada krisis baru,” kata Rektor.

Lebih lanjut Rektor menjelaskan, dampak konflik Rusia-Ukraina terlihat dari berbagai bidang. Mulai dari kenaikan harga minyak dunia, krisis pangan, efek ke perdagangan internasional, hingga meningkatnya angka kemiskinan global.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut menyoroti dampak kemiskinan di tingkat global. Pasca pandemi dan gangguan stabilitas politik akibat konflik menyebabkan angka kemiskinan penduduk global meningkat. Hampir semua negara telah meluncurkan intervensi sesuai kondisi sosial, politik, dan ekonominya.

Indonesia sendiri menyiapkan berbagai intervensi dalam menghadapi kondisi ini. Opsi pertama adalah pembukaan keran investasi untuk menciptakan lapangan kerja. Menurut Rektor, untuk meningkatkan investasi, Indonesia harus memperoleh kepercayaan global. Namun, hal ini perlu dibarengi dengan kesiapan di tingkat mikro.

“Kita juga ingin memastikan di tingkat mikro, kalau investasi masuk, Indonesia aman, gak? Tenaga kerja jadi produktif, gak? Bayangkan kalau mereka masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar pangan,” kata Rektor.

Sebagai tindak lanjut dari efek domino tersebut, perubahan kebijakan fiskal berupa peralihan subsidi energi yang dialihkan menjadi bantuan langsung untuk rakyat miskin diharapkan dapat merangsang daya beli masyarakat.

Kendati demikian, kebijakan ini perlu ditinjau seberapa lama Indonesia bertahan dalam situasi ini. Ini disebabkan, konflik Rusia-Ukraina juga turut menyumbang kenaikan inflasi dan menyisakan fiskal yang sempit. “Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas fiskal, pengendalian inflasi, dan opsi penambahan utang. Ini yang perlu menjadi perhatian. Kalau berlama-lama takutnya menjadi ‘lelah’,” paparnya.*

Share this: