Teliti Penggunaan TI untuk Data Antemortem Gigi, Direktur RSGM TNI AL Raih Doktor

antemortem gigi
Direktur RSGM Ladokgi TNI AL R.E. Martadinata Sugeng Winarno menerima sertifikat kelulusan dari Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dr. Dudi Aripin, drg.,Sp.KG(K) usai meraih gelar Doktor pada Sidang Promosi Doktor yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata, Selasa (11/10/2022). (Foto: Eriyanto/Humas FKG Unpad)*

[Kanal Media Unpad] Keberhasilan identifikasi manusia menggunakan data antemortem gigi sangat ditentukan oleh proses penyimpanan dan pencarian data. Untuk itu, diperlukan adanya penyimpanan dan pencarian data yang efektif sehingga proses identifikasi berlangsung cepat dan akurat.

Hal tersebut menjadi perhatian dari Direktur RSGM Ladokgi TNI AL R.E. Martadinata Sugeng Winarno dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Quick Respond Code Terhadap Efektivitas Pencarian Data Antemortem pada Prosedur Odontologi Forensik di TNI Angkatan Laut”.

Sugeng mengatakan bahwa penggunaan teknologi informasi akan mengefektifkan proses penyimpanan dan pencarian data antemortem gigi. Ia pun menilai penting adanya transformasi pengelolaan data antemortem dari analog menjadi digital. Penggunaan Quick Respond Code (QRC) dalam proses pencarian data antemortem juga dapat memberi manfaat.

“Tujuan penelitian ini adalah secara keilmuan dapat digunakan untuk mengembangkan jenis data yang selama ini dikembangkan dalam format analog atau sediaan padat menjadi ke arah digital yang tentu akan bermanfaat terkait dengan proses penyimpanan yang lebih sederhana, lebih ringkas, dan tidak membutuhkan ruangan yang besar dibandingkan dengan bentuk yang analog,” kata Sugeng dalam Sidang Promosi Doktor yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata, Selasa (11/10/2022).

Lebih lanjut Sugeng mengatakan, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan  proses pencarian sehingga menjadi lebih efektif.

Dikatakan Sugeng, prajurit memiliki risiko tinggi mengalami insiden saat penugasan. Korban yang tewas dengan jasad yang tidak dikenali secara visual perlu diidentifikasi, di antaranya dengan odontologi forensik. Pembuktian dengan sarana gigi memiliki efektivitas tinggi, yaitu sekitar 60% dibandingkan dengan alat bukti yang lain.

“Sekalipun demikian tinggi terkait dengan keberhasilan odontologi forensik, masih terdapat permasalahan yang saat ini masih perlu penanganan lebih lanjut terkait dengan ketersediaan data antemortem yang pada saat fase-fase tertentu di dalam proses identifikasi sangat menentukan keberhasilan penetapan identitas korban, yaitu ketersedian data antemortem secara cepat, lengkap, akurat dan sederhana,” ujarnya.

Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan mix method dengan pendekatan sequential exploratory design. Melalui pendekatan ini, peneliti menganalisis data kualitatif dan kuantitatif dalam satu peneitian.

Dalam hasil penelitiannya, Sugeng menemukan bahwa pengaruh QRC terhadap efektivitas pencarian data antemortem secara kuantitaif tidak signifikan. Namun secara kualitatif, proses digitalisasi ke format hypertext markup language dan QRC dapat menyimpan data menjadi lebih ringkas dan terdistribusi lebih cepat, sehingga dapat bermanfaat dalam proses identifikasi yang mengutamakan kecepatan, kemudahan, dan kesederhanaan.

“Secara kuantitatif pengaruh Quick Respond Code memang tidak signifikan tetapi bukan berarti tidak penting dalam hasil penelitian ini. Justru kami mengangap secara kualitatif bisa memberikan warna tambahan terkait dengan proses pengembangan data dalam bentuk digital,” kata Sugeng.

Sugeng pun berharap akan adanya penelitian lebih lanjut yang lebih komprehensif terutama terkait pengembangan sistem informasi untuk meningkatkan efektivitas proses identifikasi manusia melalui data gigi.

Dalam sidang yang dipimpin oleh Dekan FKG Unpad Dr. Dudi Aripin, drg.,Sp.KG(K) tersebut, Sugeng dinyatakan lulus pada Program Doktor Bidang Ilmu Kedokteran Gigi Peminatan Kedokteran Gigi Militer dengan yudisium “Cumlaude”.*

Share this: