Dosen Unpad Raih Penghargaan dari Pemerintah Prancis

Dosen Program Studi Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Nany Ismail, M.Hum., meraih penghargaan sebagai “Ksatria” (Chevalier) dalam Ordre des Palmes Académiques yang diberikan oleh Direktur Institut Français Indonesia (IFI) Stéphane Dovert kepada Nany di gedung IFI Bandung, Jalan Purnawarman No. 32, Bandung, Selasa (29/11/2022) lalu.*

[Kanal Media Unpad] Dosen Program Studi Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Nany Ismail, M.Hum., meraih penghargaan sebagai “Ksatria” (Chevalier) dalam Ordre des Palmes Académiques dari Pemerintah Prancis.

Penghargaan diberikan langsung Konselor Kerja Sama Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Prancis di Jakarta yang juga Direktur Institut Français Indonesia (IFI) Stéphane Dovert kepada Nany di gedung IFI Bandung, Jalan Purnawarman No. 32, Bandung, Selasa (29/11/2022) lalu.

Saat diwawancarai Kanal Media Unpad, Nany menjelaskan, Ordre des Palmes Académiques merupakan penghargaan yang diberikan kepada individu yang dianggap berjasa bagi pemerintah Prancis. Individu yang berhak menerima penghargaan adalah mereka yang direkomendasikan IFI dengan melihat kiprah atau rekam jejak dari individu bersangkutan.

“Jadi mereka menilainya atas dasar yang telah dilakukan selama saya menjadi dosen di Unpad,” kata Nany.

Nany sendiri tidak menyangka mendapat penghargaan yang dinilai cukup pretisius. Pasalnya, apa yang telah dilakukan selama ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari profesinya sebagai dosen Prodi Sastra Prancis.

Salah satu yang telah dilakukan Nany adalah menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Prancis. Kerja sama yang telah dan sampai saat ini masih berjalan adalah dengan University of La Rochelle.

Dari jalinan kerja sama tersebut, Unpad berhasil mengirimkan sejumlah mahasiswanya untuk studi di La Rochelle. Begitu juga University of La Rochelle mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan studi di Unpad.

“Selain pertukaran mahasiswa, kami juga rutin mengirimkan dosen ke Prancis untuk bekerja dan melakukan penelitian bersama selama satu sampai dua tahun,” kata Nany.

Ia menilai, kerja sama Indonesia dengan Prancis sangat potensial ditingkatkan. Salah satu sektor potensial adalah di bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa asal Prancis yang melakukan pertukaran mahasiswa ke Indonesia setiap tahunnya. Selain itu, setidaknya ada tiga lembaga pendidikan yang membuka pengajaran bahasa Indonesia di Prancis.

Unpad sendiri, kata Nany, rutin menerima dosen Prancis untuk mengajar setiap tahunnya. Bagi mahasiswa, program pertukaran mahasiswa ini tidak hanya bertujuan untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia saja. Akan tetapi, mereka wajib mengikuti sejumlah mata kuliah pilihan yang ada di Unpad.

Setiap tahunnya, Unpad rutin menerima mahasiswa asal Prancis. Namun, selama dua tahun terakhir, program pertukaran mahasiswa sempat tertunda akibat pandemi. “Mudah-mudahan di 2023 program ini kembali berjalan,” tuturnya.

Sebagai pengajar bahasa Prancis, Nany juga kerap membawa mahasiswanya untuk merasakan atmosfer belajar di Prancis. Program ini didukung berbagai pihak, salah satunya KBRI Paris. Melalui program ini, mahasiswa peserta dapat mengikuti perkuliahan singkat di beberapa perguruan tinggi di Prancis.

“Ada anggapan kalau kita belajar bahasa, kita harus pergi ke negaranya.  Melalui program ini, kita akan mereka ke sana, mereka bisa sit in kelas di sana sehingga bisa merasakan bagaimana rasanya kuliah di Prancis,” kata Nany.

Nany mengatakan, penghargaan ini akan terus memacunya untuk konsisten menjalin kerja sama dengan Prancis. “Apa yang selama ini saya bisa lakukan akan terus dilakukan,” pungkasnya.

Penghargaan Ordre des Palmes Académiques merupakan kali kedua yang diterima oleh akademisi Unpad. Pada 2021, penghargaan serupa diberikan kepada

Guru Besar Fakultas Pertanian yang juga Rektor ke-10 Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA.*

Share this: