Kolaborasi Unpad-Jepang untuk Hasilkan Stroberi Berkualitas Unggul

Para peneliti stroberi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran bersama perwakilan pihak Japan Premium Vegetables dan Japan International Research Centre for Agricultural Sciences. (Foto: Arif Maulana)*

[Kanal Media Unpad] Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran berkolaborasi dengan Japan Premium Vegetable (JPV) dan Japan International Research Centre for Agricultural Sciences (JIRCAS) untuk budi daya stroberi berdaya hasil tinggi di wilayan Monsoon. Penelitian kolaborasi ini akan menguji tujuh varietas stroberi asal Jepang untuk dibudidayakan menggunakan teknologi dari negara tersebut.

Ketua tim penelitian stroberi Faperta Unpad Prof. Dr. Ir. Reginawanti Hindersah, M.P., menjelaskan, inisiasi riset stroberi didasarkan atas besarnya potensi Indonesia untuk menjadi sentra produksi stroberi. Sayangnya, potensi tersebut tidak diimbangi dengan “keberhasilan” memproduksi stroberi berkualitas baik.

“Awalnya, Rektor dari Tokai University Kyushu Campuses datang ke Indonesia pada 2017 dan menyadari potensi stroberi Jawa Barat dikaitkan dengan iklim pengunungan , potensinya besar untuk stroberi, tetapi produksinya rendah, bibitnya tidak bagus, rasanya asam, dan buahnya kecil,” ujar Prof. Regina.

Melihat kondisi tersebut, disepakati bahwa Indonesia melalui Faperta Unpad dan pihak Tokai University, Jepang bersama-sama mengembangkan budi daya stroberi pada awal 2020. Berhasil mendapatkan hibah dari JICA, sayangnya upaya tersebut terkendala pandemi Covid-19.

Setahun kemudian, rencana kerja sama kembali mengemuka. Kali ini, Faperta Unpad berkolaborasi dalam program “Asian-monsoon Plant Factory System –  ICHIGO (strawberry) Consortium” atau program transfer teknologi budi daya stroberi Jepang ke negara Tropis menggunakan rumah kaca terkendali. Kerja sama kemudian berlanjut dengan perusahaan rintisan JPV dan JIRCAS.

Diakui Prof. Regina, Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan dalam budi daya stroberi. Untuk itu, kolaborasi ini menjadi momentum Unpad untuk mencoba mengembangkan stroberi menjadi buah berkualitas baik.

“Ini waktunya untuk mencoba mengembangkan stroberi menjadi ‘buah meja’, bukan sekadar diolah menjadi jus atau selai,” kata Prof. Regina.

Saat Kanal Media Unpad mewawancarai tim di Bale Tatanen Unpad, Jatinangor, Rabu (25/1/2023), hadir perwakilan dari JPV dan JIRCAS yang diwakili CEO JPV Kenji Endo, teknisi ahli JPV Dr. Yukinori Matsumoto, dan peneliti JIRCAS Dr. Masakazu  Nakayama.

Kunjungan dilakukan di antaranya untuk mendemonstrasikan teknologi yang sudah dipasang di Bale Tatanen serta melakukan penandatanganan Kesepahaman dengan pimpinan Unpad.

Adaptasi Teknologi Jepang

Teknisi Ahli Japan Premium Vegetables Yukinori Matsumoto menjelaskan mengenai cara kerja teknologi pembibitan stroberi di ruang nursery room Bale Tatanen Unpad. (Foto: Arif Maulana)*

Anggota tim penelit, Syariful Mubarok, M.Sc., PhD, menjelaskan, ada beberapa permasalahan utama budi daya stroberi di Indonesia, yaitu: penyakit, produksi, dan kualitas. Di sisi produksi,terjadi penurunan produksi stroberi yang salah satunya diakibatkan temperatur yang tinggi.

“Stroberi tidak menginginkan temperatur tinggi. Jika temperaturnya tinggi, maka produksinya tidak optimal sehingga buahnya kecil-kecil,” ungkapnya.

Di sisi penyakit, beberapa penyakit di stroberi sudah bersifat endemik. Masifnya serangan penyakit,patogen, dan hama mengakibatkan gagalnya produksi stroberi.

Hal tersebut dibenarkan anggota tim lainnya, Endah Yulia, M.Sc., PhD. Hama dari buah stroberi  banyak sekali, sehingga menjadi hambatan buat produksi. “Adanya pathogen, penyakit, hama, merupakan masalah berat,” imbuhnya.

Sementara dari sisi kualitas, Syariful melanjutkan, stroberi yang dikembangkan di Indonesia umumnya berasal dari Amerika Serikat yang cenderung memiliki rasa asam. Varietas ini kurang begitu diminati pasar meskipun memiliki kelebihan memiliki kulit yang keras/tebal.

Dibandingkan dengan varietas dari AS, stroberi varietas Jepang memiliki beberapa kelebihan. Selain memiliki rasa yang lebih manis, ukuran yang besar, dan warna yang lebih menggoda, varietas ini juga diklaim bebas virus. Kekurangannya, stroberi Jepang memiliki kulit yang tipis sehingga cenderung mudah rusak.

Berangkat dari tiga fakta tersebut, tim mencoba melakukan proyek perdana (pilot project) budi daya stroberi Jepang ke Indonesia. Karena budi daya stroberi tersebut memerlukan temperatur yang rendah, maka tim melakukan berbagai modifikasi budi daya, salah satunya mengadaptasi teknologi budi daya langsung dari Jepang.

Prof. Regina mengatakan, ada tujuh varietas stroberi Jepang yang akan dibudidayakan di Unpad; Tujuh varietas tersebut, yaitu: Benihoppe, F1 Berry Pop SAKURA (FRA003), F1 Berry Pop HARUHI (FR-001), KS-33, KS-38, KS-75, dan Nanatsuboshi (TJF130-008). Tujuh varietas ini seluruhnya memenuhi standar kualitas di Jepang.

Tim peneliti stroberi Fakultas Pertanian Unpad mencoba memindahkan benih stroberi ke media tanam menggunakan perangkat yang didatangkan dari Jepang. (Foto: Arif Maulana)*

Teknologi yang diadaptasi meliputi renovasi rumah kaca untuk menurunkan suhu dan kelembaban sesuai dengan syarat fisiologis tanaman stroberi; mendirikan unit pembibitan di dalam ruangan (seedling-raising unit) untuk menumbuhkan bibit (seedlings) dan benih (seeds) yang diperoleh dari produsen stroberi di Jepang; dan penelitian evaluasi dan verifikasi produksi stroberi berdaya hasil tinggi di rumah kaca Unpad Jatinangor. Lokasi penelitian dilakukan di Bale Tatanen Faperta Unpad, Jatinangor.

Temperatur menjadi fokus dari penelitian yang dilakukan. Karena itu, rumah kaca yang ada di Bale Tatanen dimodifikasi menggunakan teknologi double screen serta dipasangi berbagai perangkat yang mendukung stabilitas suhu di dalamnya, seperti pemasangan pendingin udara (AC) untuk mendinginkan ruangan, sistem pendingin air untuk mendinginkan media, hingga penambahan cahaya lampu LED dan karbon dioksida untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis tanaman.

Syariful mengatakan, melalui teknologi ini, suhu dan kelembapan dapat diatur secara optimal. Seluruh perangkat tersebut didukung sistem IoT yang memungkinkan bisa dikontrol dari jarak jauh (remote) menggunakan perangkat lunak (software) di ponsel maupun komputer. Hebatnya, sistem ini juga bisa dikendalikan dari Jepang.

Selain modifikasi rumah kaca, penelitian ini juga mengembangkan fasilitas pembibitan dalam ruangan (seedling-raising unit). Fasilitas ini digunakan untuk menumbuhkan bibit stroberi sebelum masuk ke rumah kaca. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan perangkat serupa yang dipasang di rumah kaca untuk mendukung stabilitas temperatur dan kelembapannya.

Prof. Regina menuturkan, seluruh perangkat dan teknologi pendukung didatangkan langsung dari Jepang; dan sebagian kecil dibuat dan dibeli di Inodonesia. Langkah ini diharapkan menjadi upaya awal untuk mengenalkan varietas unggulan dan teknologi modern budi daya stroberi ala Jepang di Indonesia.

”Kita akan lakukan evaluasi, apakah bibitnya itu dapat dibudidayakan di Indonesia atau tidak dan bagaimana produktivitasnya,” jelasnya.*

Share this: