Pertahankan Eksistensi Lebih dari 10 Tahun, Grup D’G-Bees Unpad Raih Rekor MURI

D'G-Bees Unpad
Ketua kelompok kecapi suling D'G-Bees Unpad Prof. Tuhpawana P. Sendjaja bersama anggota menyerahkan sertifikat Rekor MURI kepada penanggung jawab D'G-Bees Unpad Prof. Ganjar Kurnia di ruang Pusat Digitaliasi dan Pengembangan Budaya Sunda Unpad, Bandung, Senin (6/2/2023). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Grup kecapi suling guru besar Universitas Padjadjaran “D’G-Bees” berhasil meraih penghargaan rekor dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas “Mahakarya Kebudayaan Bidang Seni dan Budaya sebagai Pagelaran Kecapi Suling oleh Guru Besar” pada 17 Januari 2023 lalu.

Penghargaan ini merupakan buah dari proses ratifikasi yang dilakukan MURI pada awal Januari 2023 lalu. Sebelumnya, pendiri MURI Prof. Jaya Suprana mengapresiasi diinisiasi para guru besar Unpad dalam mengabdikan diri untuk melestasikan kebudayaan Nusantara melalui pendirian grup D’G-Bees.

Ketua D’G-Bees Unpad Prof. Tuhpawana P. Sendjadja mengatakan, penghargaan rekor MURI ini merupakan buah dari konsistensi yang dilakukan guru besar Unpad dalam berlatih seni kecapi suling. Sejak 2011 hingga saat ini, para guru besar rutin berlatih di sela kesibukannya sebagai punggawa akademik di kampus Unpad.

“Tidak disangka-sangka, karena kita sering latihan karena hobi dan hiburan bagi para guru besar,” ujar Prof. Tuhpawana.

Selain menyalurkan hobi, minat, dan bakat para guru besar serta melepas penat, Prof. Tuhpawana mengatakan, bermain kecapi juga memiliki manfaat bagi tubuh. Dari sisi kesehatan, bermain kecapi mampu mengoordinasikan antara pikiran serta tangan kanan dan kiri untuk menghasilkan irama yang merdu.

Lebih lanjut Guru Besar Emeritus Fakultas Pertanian Unpad tersebut menjelaskan, nama D’G-Bees sekilas mirip dengan nama band Bee Gees asal Inggris. Meski demikian, nama grup musik ini merupakan singkatan dari istilah “Guru Besar”, atau wadah untuk menyalurkan minat dan bakat para guru besar di Unpad. Selain kecapi suling, grup ini juga merambah di bidang seni paduan suara serta band.

Saat ini D’G-Bees beranggotakan tujuh guru besar Unpad dengan instrumen yang dimainkan terdiri dari kecapi, vokal, dan suling.

Di sektor penembang (vokal) beranggotakan Prof. Em. Dr. Poniah Andayaningsih, M.S., (Guru Besar Emeritus FMIPA), Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana (Guru Besar FMIPA). Di sektor suling diisi oleh Prof. Em. Dr. Ir. Tarya J. Suganda, M.S. (Guru Besar Emeritus Faperta).

Di sektor Rampak Kacapi beranggotakan Prof. Tuhpawana P. Sendjaja (Guru Besar Emeritus Faperta), Prof. Dr. Ir. Imas Siti Setiasih, S.U., (Guru Besar FTIP), dan Prof. Dr. Em. Dr. Siti Aminah Abdulrachman, dr., Sp.PD, KGEH (Guru Besar Emeritus FK), Prof. Dr. Endang Sutedja, dr., Sp.KK., (FK), Prof. Dr. apt. Anas Subarnas, M.Sc., (Guru Besar Fakultas Farmasi), dan Prof. Dr. Ir. Mohamad Djali, M.S., (Guru Besar FTIP).

Sarana Mempertahankan Kesenian Sunda

Penanggung jawab kelompok D’G-Bees Unpad Prof. Ganjar Kurnia mengatakan, sejak awal kelompok ini berfokus pada kesenian kecapi suling. Ada beberapa pertimbangan mengapa kecapi suling dipilih untuk dimainkan pada guru besar.

“Pertama karena minat guru besar saat itu ke kecapi suling, kemudian kecapi termasuk jenis (instrumen) yang mudah dibawa,” ujarnya.

Kelompok ini juga memainkan pertunjukan kecapi suling secara ensambel. Jika biasanya pertunjukan kecapi suling membawakan tembang atau kawih Sunda menggunakan satu atau dua instrumen kecapi, dalam D’G-Bees ada enam sampa tujuh instrumen kecapi yang dimainkan sekaligus.

“Tidak ada jenis kesenian kecapi Sunda yang bisa dirampakkan dengan satu jenis alat yang sama. Jadi ini jadi suatu yang unik,” kata Prof. Ganjar.

Salah satu tembang yang dimainkan D’G-Bees adalah “Karatagan Ki Sunda” karya Prof. Ganjar. Tembang ber-genre mars ini bercerita mengenai keinginan dan tanggung jawab orang Sunda dalam mencintai serta memelihara tanah air, masyarakat, dan kebudayaannya.

Tembang yang dimainkan dalam beberapa kegiatan di Unpad ini menjadi peneguh orang Sunda untuk pantang kembali sebelum melaksanakan tiga tanggung jawab tersebut. Untuk itu, Prof. Ganjar menilai, rekor dunia ini merupakan apresiasi MURI untuk dua hal, yaitu: pemeliharaan kebudayaan serta apa yang telah dilakukan guru besar. “Ini mempunyai makna penting sekaligus menunjukkan bahwa pemeliharan kebudayaan ini selaras dengan misi dan tujuan awal berdirinya Unpad,” pungkasnya.*

Share this: