SAR Unpad Bantu Temukan Korban Tenggelam di Sungai Karanggelam, Karawang

SAR Unpad
Mahasiswa dari Unit SAR Unpad berkontribusi membantu melakukan pencarian korban tenggelam di Sungai Karanggelam, Karawang, Jawa Barat pada Selasa (28/2/2023) dan Rabu (1/3/2023).*

Laporan oleh Anggi Kusuma Putri dan Salsabila Diah Diometa

[Kanal Media Unpad] Unit Search and Resque (SAR) Universitas Padjadjaran turut berkontribusi dalam melakukan pencarian korban tenggelam di Sungai Karanggelam, Karawang, Jawa Barat pada Selasa (28/2/2023) dan Rabu (1/3/2023).

Korban berinisial AMI (22) ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada pencarian hari ketiga oleh tim gabungan yang terdiri atas Basarnas, SAR MTA, Unit SAR Unpad, komunitas pecinta alam, dan warga sekitar.

M. Abyan Tabriz selaku salah satu aggota Unit SAR Unpad yang terjun secara langsung menerangkan bahwa kegiatan pencarian korban ini merupakan realisasi atas program kerja yang dinaungi oleh Unit SAR Unpad. Tiga orang anggota diterjunkan ke lapangan atas nama M. Abyan Tabriz Z.H (FISIP), Muhammad Omar Bastari (Fapet), dan Fahrur Rizqi (FIB).

Unit SAR Unpad baru diterjunkan pada hari kedua pencarian yang dimulai pada pukul 13.30-16.30 WIB. Pencarian hari kedua dilakukan dengan menyusuri titik awal korban hilang hingga sejauh 8 km. Namun, tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan korban sama sekali.

Pada hari ketiga pencarian, Unit SAR Unpad bergerak sejak pukul 9 hingga 12 siang. Pencarian kembali dilakukan dari titik nol korban tenggelam hingga sejauh 12 km, sedangkan tim lainnya melakukan pencarian di bagian hilir atau bawah sungai.

Kerabat korban juga turut membantu dengan metode susur sungai. Menurut keterangan Abyan, korban ditemukan tidak bernyawa oleh Unit SAR Unpad sekitar pukul 12.10 WIB. Asumsinya adalah korban bukan berasal dari daerah setempat dan terbawa arus kencang sungai saat berenang.

“Alhamdulillah, saat melakukan pengarungan sungai, kalau tidak salah di daerah Panjalu, kami menemukan korban dalam keadaan MD atau meninggal dunia. Sudah tidak dapat tertolong lagi karena sudah tiga hari hilang,” ungapnya.

Abyan mengungkapkan bahwa kondisi jalan yang jauh dari titik tenggelam korban, medan sungai yang tidak mudah, serta kondisi cuaca yang kurang mendukung juga menjadi faktor penghambat proses pencarian.

“Di hari kedua arus sungai memang sangat besar. Yang pertama, banyaknya pohon yang tumbang yang menyebabkan pergerakan kami lebih  sulit. Jadi, terkadang jalur sungai itu sempit. Ketika pencarian kadang kita harus lewatin bambu itu sembari menunduk. Kemudian yang kedua, banyaknya itu sampah seperti limbah kawat ditakutkan terkena perahu. Saat hari ketiga medannya juga sama. Namun, hari ketiga itu cerah, sehingga kami lebih mudah dalam mengendalikan perahu,” tambahnya.

Selain itu, kondisi jalan menuju ke sungai yang sempit juga dikhawatirkan oleh Unit SAR Unpad. Untuk meminimalisir hal tersebut, mobil yang dinaiki oleh mereka ditaruh di kantor desa setempat. Kemudian, mereka mengangkut perahu melalui pemukiman warga dan diturunkan di sungai.

Kesulitan lainnya adalah tentang rendahnya kabel di pemukiman warga, sehingga tim harus berhati-hati saat membawa perahu.

“Intinya senang sekaligus sedih. Senang karena korban akhirnya berhasil ditemukan, tetapi juga sedih karena korban ditemukan dalam kondisi tidak selamat,” tambahnya. (art)*

Share this: