Tiga Guru Besar Baru Fapet, FH, dan Faperta Sampaikan Orasi Ilmiah Keilmuannya

guru besar Unpad
Tiga Guru Besar baru Universitas Padjadjaran dikukuhkan menjadi Guru Besar dalam pacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Unpad sesi 4 yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (8/3/3023) siang. (Foto: Dadan Triawan)*

Laporan oleh Shofwatul Auliya

[Kanal Media Unpad] Tiga Guru Besar Universitas Padjadjaran dari tiga bidang ilmu berbeda menyampaikan Orasi Ilmiah dalam rangka Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Unpad sesi 4 yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (8/3/3023).

Adapun tiga Guru Besar tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Abun, M.P., sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Nutrisi Unggas dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Unpad, Prof. Dr. Hj. Sonny Dewi Judiasih, S.H., M.H. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unpad dan Prof. Dr. Ir. Danar Dono, M.Si sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Hama Tanaman Fakultas Pertanian Unpad.

Pembacaan orasi ilmiah diawali oleh Prof. Abun dengan judul “Feed Supplement Nutrien Konsentrat untuk Pakan Unggas Lokal”.

Dalam orasinya, Prof. Abun menjelaskan bahwa biaya produksi terutama dalam penyediaan pakan menjadi salah satu persoalan dalam industri perunggasan.

Ia menerangkan, pemeliharaan ayam secara intensif masih memerlukan perbaikan manajemen pemeliharaan, salah satunya pada penyediaan pakan berkualitas yang jumlahnya cukup, seimbang, serta ramah lingkungan. Oleh karena itu, ia mengembangkan nutrien konsentrat berbasis ekstrak limbah udang fermentasi yang dijadikan sebagai feed suplement dalam formula ransum ayam lokal fase pertumbuhan maupun produksi telur.

Ransum sebagai sumber energi memiliki peranan yang penting untuk kebutuhan hidup pokok. Akan tetapi, konsumsi energi dan protein yang tidak seimbang dapat berpengaruh terhadap pembentukan lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam daging.

“Penggunaan nutrien konsentrat dapat menurunkan kandungan kolesterol daging dan meningkatkan kandungan protein daging,” terang Prof. Abun.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa penggunaan nutrien konsentratBLS level 1-2% dapat memberikan efek positif dalam peningkatan produktivitas telur. Hal ini menunjukkan bahwa nutrien konsentratBLS memiliki nutrien penting meliputi asam amino, vitamin, mineral, serta enzim mikrobial yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan produksi telur ayam.

Pembacaan orasi ilmiah dilanjutkan oleh Prof. Sonny Dewi Judiasih berjudul “Kontroversi Perkawinan Bawah Umur: Realita dan Tantangan bagi Penegakan Hukum Keluarga Indonesia”. Prof. Sonny menyebutkan, perkawinan dibawah umur merupakan pelanggaran hak asasi anak yang merupakan bagian dari hak asasi manusia.

Sayangnya, Indonesia saat ini menempati urutan ke-8 di Dunia dan ke-2 di ASEAN dalam tingginya angka perkawinan bawah umur. Padahal perkawinan bawah umur dapat berdampak pada psikologis, kesehatan, sosial, dan pendidikan anak.

“Secara nasional, terdapat 11,2% anak perempuan yang menikah di bawah usia 18 tahun dengan 0,5%-nya menikah pada saat mereka berusia 15 tahun,” ungkap Prof. Sonny.

Ia menjelaskan, maraknya praktik perkawinan bawah umur di Indonesia disebabkan oleh pengaruh adat istiadat, budaya, dan agama, faktor ekonomi dan pendidikan yang rendah, serta pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal tersebut menyebabkan kontroversi antara pandangan masyarakat yang seolah-olah melegalisasi fenomena tersebut dengan aturan yang sudah ditetapkan dalam undang-undang perkawinan.

Prof. Sonny mengatakan, pencegahan perkawinan anak dapat dilakukan dengan mengubah cara pandang terhadap aspek adat istiadat, budaya, dan agama melalui sinergi antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan orang tua.

“Yang tidak kalah penting adalah penguatan peran orang tua dalam mewujudkan perlindungan hukum terhadap anak,” ujarnya.

Orasi terakhir pada sesi tersebut disampaikan oleh Prof. Danar Dono yang berjudul “Pengembangan Insektisida Botani: antara Harapan dan Kenyataan”. Tema tersebut dipilih karena menurutnya telah banyak riset yang dilakukan mengenai insektisida botani dan pestisida nabati, namun hasil dan terapannya masih belum sebanding.

Dalam orasinya Prof. Danar menjelaskan bahwa insektisida botani (berasal dari tumbuhan) memiliki potensi dikembangkan sebagai pengendali serangga hama karena efektif terhadap hama sasaran dan aman terhadap musuh alami parasitoid bahkan dapat meningkatkan kinerja parasitoid dalam menekan populasi serangga hama sehingga berpotensi dikembangkan sebagai insektisida yang sejalan dengan prinsip pengendalian hama terpadu.

Meskipun memiliki potensi yang tinggi, saat ini produksi insektisida bahan alam di pasaran terus mengalami penurunan karena proses produksinya yang panjang dan sulit sedangkan minat para petani terhadap insektisida bahan alam masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh daya toksisitas yang rendah dibandingkan insektisida sintetik yang berpengaruh terhadap rendahnya efek penekanan hama.

Prof. Danar menjelaskan, upaya untuk meningkatkan toksisitas dapat dilakukan dengan menambahkan berbagai jenis bahan aktif yang sifatnya sinergis dan merekayasa molekul. Sementara itu, untuk mengatasi kendala dalam proses produksi menurutnya diperlukan sebuah kerja sama intensif antara periset dan praktisi dalam pengadaan bahan baku, kompetensi sumber daya manusia, dan lembaga uji.(art)*

Share this: