Edukasi Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi Penting Diajarkan pada Generasi Muda

pakar unpad
dr. Tita Husnitawati, Sp.OG, K-(FER). (Foto: Radio Unpad)*

Laporan oleh Salsabila Diah Diometa

[Kanal media Unpad] Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dr. Tita Husnitawati, Sp.OG, K-(FER) menyampaikan sejumlah faktor yang memengaruhi kesehatan alat reproduksi. Hal tersebut disampaikan Tita saat menjadi pembicara dalam siaran program Inspirasi Mahasiswa (Inspira) yang digelar oleh Radio Unpad, Senin (15/5/2023).

Tita menjelaskan, faktor tersebut berasal dari internal dan eksternal. Faktor internal salah satunya menerapkan gaya hidup sehat. Pola hidup sehat ini mencakup keseimbangan gizi melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, aktivitas sehari-hari juga wajib diperhatikan sejak kecil hingga tua. Porsi aktivitas yang kurang sesuai dengan usia kita akan menimbulkan kelainan tertentu.

“Jadi, seorang manusia itu pada prinsipnya tidak boleh berhenti dengan aktivitas yg sehat karena dengan mempertahankan aktivitas yang sehat, maka kesehatannya akan terpelihara. Terutama juga untuk kesehatan (fisik) dan sistem reproduksinya,” tuturnya.

Tita juga menjelaskan bahwa dengan menghindari stres juga merupakan salah satu kunci agar alat reproduksi tetap sehat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari stres adalah dengan memilih jenis pekerjaan yang tidak membebani mental dan jiwa.

Sementara itu, faktor eksternal pun tidak kalah penting serta harus diperhatikan demi kesehatan organ reproduksi kita. Dari mulai kondisi lingkungan tempat tinggal yang udaranya bersih, zat kosmetik, makanan, dan lainnya yang ada di dalam rumah harus terhindar dari polutan, serta kebiasaan buruk seperti merokok juga patut dihindari.

Lebih lanjut Tita membeberkan pentingnya edukasi mengenai alat reproduksi bagi anak-anak dan remaja. Alat reproduksi pada pria dan wanita memiliki perbedaan dari bentuk anatomi serta dominasi hormon di dalamnya.

Alat reproduksi perempuan didominasi oleh hormon esterogen dan progesteron, sedangkan laki-laki didominasi oleh hormon testosteron. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan memiliki hormon testosteron dengan porsi yang kecil, begitu pula sebaliknya.

Tita mengatakan, pengenalan alat reproduksi untuk anak-anak harus disesuaikan pula dengan umurnya. Misalkan pada anak umur 1-2 tahun, penyebutan alat reproduksi dapat diperhalus. Namun, tetap harus dijelaskan bagaimana fungsi dari alat reproduksi tersebut. Anak juga wajib diberi pengetahuan mengenai kebersihan alat vital.

Untuk usia yang lebih dewasa, yakni 3-5 tahun peran orang tua dalam edukasi alat vital sangat penting untuk menghindari kejahatan seksual. Pada usia ini, orang tua dapat menjelaskan bagian yang tidak boleh disentuh sembarangan. Orang tua harus memberi pemahaman kepada anak untuk melapor apabila sewaktu-waktu ada yang menyentuh bagian terlarang mereka.

Menurut Tita, anak remaja akan lebih mudah untuk menangkap pemahaman tentang alat reproduksi. Pada tahap ini, mulai banyak perubahan fisik maupun hormon yang dirasakan anak. Oleh sebab itu, orang tua harus memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai seksualitas agar mereka terhindar dari seks bebas dan penyakit menular seksual.

“Jadi, jelaskan juga hubungan seksual itu harus dilakukan secara bertanggung jawab. Karena kalau tidak dilakukan sebelum pernikahan, maka akan mengalami masalah atau dampak-dampak yang harus ditanggung sendiri. Jangan sampai terjerumus seks bebas dan menimbulkan penyakit,” ujarnya. (arm)*

Share this: