Wujudkan Industri Peternakan Ramah Lingkungan dengan Mengolah Limbahnya

peternakan
Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad Prof. Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, M.P., membacakan Orasi Ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam bidang Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Peternakan dalam Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Guru Besar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (27/9/2023). 

Laporan oleh Artanti Hendriyana dan Fajar Amali Kurniawan

[Kanal Media Unpad] Mewujudkan industri peternakan ramah lingkungan perlu memperhatikan kesehatan lingkungan. Untuk itu, pengolahan limbah peternakan harus dilakukan sehingga tidak terjadi pencemaran sekaligus menghasilkan produk bermanfaat.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad Prof. Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, M.P., saat membacakan Orasi Ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam bidang Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Peternakan dalam Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Guru Besar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (27/9/2023). 

“Bahan organik dan mikroorganisme dalam limbah berpotensi sebagai sumber pencemaran lingkungan, tetapi jika dilakukan pengolahan maka akan menghasilkan produk yang mempunyai nilai manfaat,” ujar Prof. Yuli.

Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme indigenous pada limbah. Selain secara spontan, pemanfaatan mikroorganisme juga dapat dilakukan dengan rekayasa maupun aplikasi bioteknologi sehingga proses biokonversi dapat berjalan secara terkendali dan menghasilkan produk yang optimal.

Penelitian pengolahan limbah ini terus dikembangkan di Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Fakultas Peternakan Unpad.

Salah satu penelitiannya adalah aplikasi bioteknologi pengolahan limbah dalam proses vermicomposting dengan memanfaatkan potensi mikroba indigenous pada feses domba. Penelitian ini juga memanfaatkan jerami padi sebagai inisiator proses yang dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas vermicompost.

Feses domba mengandung mikroorganisme indigenous yang meliputi bakteri dan jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai agen pengurai, dalam proses bio-konversi.

“Mikroorganisme indigenous berperan sebagai agen pengurai yang menginisiasi selama proses dekomposisi awal, mikroorganisme indigenous juga hadir dan berperan selama proses vermicomposting,” jelas Prof. Yuli.

Selain itu, dalam aktivitas risetnya, Prof. Yuli dan tim fokus menggali potensi mikroorganisme indigenus yang diperoleh selama proses pengolahan limbah peternakan.

Penelitian dimulai dengan isolasi dan identifikasi mikroorganisme indigenous guna memperoleh mikroorganisme yang memiliki sifat tertentu, sebagai contoh mikroorganisme proteolitik (pengurai protein) dan sellulolitik (pengurai sellulosa).

“Mikroorganisme ini dapat diperkaya dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai starter dalam pengolahan limbah organik umumnya dan limbah peternakan pada khususnya,” ujar Prof. Yuli.

Dari hasil penelitian, telah diperoleh 6 isolate bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan sellulasa dalam limbah peternakan. Isolat-isolat bakteri ini dapat dikembangkan menjadi starter untuk pengolahan limbah peternakan maupun limbah organik selain limbah peternakan seperti limbah rumah tangga, limbah pasar, dan limbah restoran.

Dikatakan Prof. Yuli, pemerintah sendiri telah menerbitkan serangkaian peraturan yang bertujuan untuk pelestarian lingkungan. Salah satunya tertuang dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain undang-undang tersebut, terdapat beberapa peraturan di bidang peternakan yang di dalamnya terkandung pedoman pengelolaan limbah dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

“Melalui peraturan ini harapannya para pelaku usaha di bidang peternakan diharapkan dapat mengimplementasikan pelaksanaan pengelolaan limbah yang baik dan benar, sebagai mitigasi terjadinya pencemaran lingkungan,” kata Prof. Yuli. (arm)*

Share this: