[Kanal Media Unpad] Masyarakat Jepang memiliki hubungan erat dengan budaya minum teh. Upacara minum teh khas Jepang atau disebut Chanoyu pun populer bukan hanya di negaranya, bahkan bagi penggiat budaya Jepang di seluruh dunia.
Di lingkungan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, kegiatan upacara minum teh rutin diselenggarakan oleh kumpulan mahasiswa yang tergabung dalam Klub Chanoyu. Klub ini dibimbing oleh dosen Sastra Jepang FIB Unpad Dr. Puspa Mirani Kadir, M.A.
Dijelaskan Puspa, Klub Chanoyu ini bermula dari kurikulum baru prodi Sastra Jepang Unpad pada tahun 2019. Pembelajaran upacara minum teh termasuk ke dalam salah satu mata kuliah peminatan praktik kebudayaan tradisional Jepang yang ditawarkan pada mahasiswa.
“Budaya Jepang ini memiliki makna filosofi yang mendalam. Mulai dari falsafah, spirit upacara minum teh, yaitu yang disebut Wa-Kei-Sei-Jaku,” ujar Puspa.
“Wa” berarti harmoni kedamaian, “Kei” berarti saling menghormati satu sama lain, “Sei” berarti murni dan bersih, dan yang terakhir adalah “Jaku” berarti ketenangan hati.
Di FIB Unpad, Chanoyu diadakan di dalam ruangan khusus bergaya Jepang dengan lantai tatami yang disebut washitsu. Ruangan ini berada di Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) FIB Unpad yang sudah didirikan sejak tahun 1986.

Selain sebagai bagian dari praktik kebudayaan tradisional Jepang, upacara minum teh rutin dilaksanakan klub Chanoyu. Klub ini dibuat untuk mereka yang memiliki minat khusus terkait budaya minum teh Jepang.
Chanoyu rutin ditampilkan pada Pekan Bahasa dan Budaya Jepang atau disebut Bunkasai. Selain itu, upacara minum teh juga kerap dilaksanakan ketika ada tamu yang datang berkunjung ke Sastra Jepang FIB Unpad.
“Kami biasa berkumpul setiap hari Rabu di washitsu untuk melaksanakan latihan. Hasil dari latihan kami ditampilkan di acara Bunkasai untuk menyambut para tamu. Kadang juga kami melaksanakan upacara untuk menyambut tamu di waktu-waktu lain.” tutur Prininta Meisya Rahardjo, perwakilan dari Klub Chanoyu.
Dikatakan Prininta, Chanoyu dilaksanakan sebagai sarana meditasi untuk melatih kesadaran akan sekitar, memberikan ketenangan, dan melatih fokus. Pembicaraan di dalamnya terbatas seputar alam dan segala sesuatu yang berkaitan dengan teh itu sendiri.
“Chanoyu dulu dilakukan para Samurai untuk menenangkan hati dan meningkatkan fokus sebelum berperang. Di sini, kami diajarkan untuk menyatu dengan alam dan melepaskan hal-hal yang menyangkut diri pribadi,” jelas Prininta.
Pelaksanaan upacara minum teh memiliki prosedur ketat di mana efisiensi dan etika harus diutamakan. Seluruh partisipan upacara tidak boleh menggunakan perhiasan, parfum, dan riasan yang berlebihan. Chanoyu juga membutuhkan peralatan khusus yang harus digunakan secara apik.
Saat ini, delapan orang anggota Klub Chanoyu di bawah bimbingan Puspa sedang menyusun modul mengenai hal-hal yang perlu dipelajari dalam upacara minum teh ini. Prininta berharap, modul tersebut bisa menyebarkan nilai-nilai kebaikan dari Chanoyu. (arm)*