Kampus Jatinangor

Terinspirasi oleh “Kota Akademis Tsubuka”, Rektor keenam Unpad, Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja merancang “Kota Akademis Manglayang”, yang terletak dikawasan kaki Gunung Manglayang.

Konsep tersebut menjawab permasalahan kampus Unpad yang tersebar di 13 lokasi yang berbeda sehingga menyulitkan koordinasi dan pengembangan daya tampung, selain untuk meningkatkan produktivitas, mutu lulusan, dan pengembangan sarana/ prasarana fisik.

Sejak tahun 1977, Unpad merintis pengadaan lahan yang memadai, dan tahun 1979 baru disepakati dengan adanya penunjukan lahan bekas perkebunan di Jatinangor.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 593/3590/1987, kawasan itu meliputi luas 3,285,5 hektar, terbagi dalam tujuh wilayah peruntukan. Khusus untuk Unpad, wilayah pengembangan kampus di jatinangor mencakup 175 hektar.

Secara bertahap, Unpad telah mulai memindahkan kegiatan pendidikannya ke Jatinangor sejak tahun 1983, yang diawali oleh Fakultas Pertanian. Kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas lainnya yang ada di lingkungan Unpad. Hingga kini, ada 14 fakultas di kampus Jatinangor, sedangkan dua fakultas lainnya beraktivitas di kampus Bandung.

Dengan letak kampus yang tersebar sementara lahan di sekeloa dan Dipati Ukur yang tersedia telah berubah menjadi perkampungan, tumbuh harapan akan adanya sebuah kompleks Unpad yang menjadi pusat segala kegiatan universitas dan tempat berkuliahnya seluruh mahasiswa.

Sekilas Jatinangor

Jatinangor adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Pada masa kolonial, Jatinangor dikenal sebagai kawasan perkebunan. Namun kini, Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan di Jawa Barat.

Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an. Sebelumnya, kecamatan ini bernama Cikeruh yang namanya diambil dari nama sungai yang melintasi kecamatan tersebut.

Sebelum menjadi kawasan pendidikan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan milik pengusaha berkebangsaan Jerman. Perusahaan perkebunan di Jatinangor didirikan pada tahun 1844 yang menguasai tanah seluas 962 ha. Pada mulanya perkebunan ini hanya meliputi usaha perkebunan teh, lalu kemudian merambah ke usaha perkebunan karet.

Saat ini, di Jatinangor terdapat sejumlah objek bersejarah yang menarik. Salah satunya adalah Menara Loji yang dahulu berfungsi sebagai penunjuk waktu. Pada masanya, menara ini berbunyi tiga kali sehari sebagai penanda kegiatan di perkebunan karet.

Selain itu, juga terdapat Jembatan Cincin yang dahulu merupakan jalur kereta api penghubung Bandung dengan Tanjung Sari. Jembatan ini dibangun pada tahun 1918 oleh perusahaan kereta api Belanda, yang berfungsi untuk membawa hasil perkebunan dan pernah menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat.

Sejak tahun 1987, Jatinangor ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat menjadi kawasan pendidikan. Kegiatan pendidikan sejumlah perguruan tinggi pun dipindahkan secara bertahap ke Jatinangor mulai tahun 1992. Semenjak itu, Jatinangor dihuni oleh ribuan mahasiswa yang datang dari tanah air, disamping juga warga setempat dan pendatang yang mengadu nasib di wilayah ini.

Di kecamatan yang terletak di perbatasan antara Bandung dan Sumedang ini terdapat empat perguruan tinggi. Selain Unpad, juga ada Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).*