Dr. Mahani, M.Si., Ciptakan Teknik Rapid Split untuk Percepat Penambahan Koloni Lebah Trigona

Dr. Mahani, M.Si., a professor of Universitas Padjadjaran’s Faculty of Agroindustrial Technology.

Laporan oleh Arif Maulana

lebah trigona
Dr. Mahani, M.Si. (Foto; Dadan Triawan)*

[unpad.ac.id, 26/7/2020] Budidaya lebah tanpa sengat (Trigona sp.) kini marak dilakukan masyarakat mengingat memiliki potensi bisnis yang menjanjikan. Namun, popularitas ini mengancam kelangsungan koloni habitat lebah trigona di alam liar. Ekstraksi besar-besaran koloni dari hutan untuk dijadikan bibit akan mempercepat proses kepunahan lebah tanpa sengat.

Sadar akan ancaman tersebut, Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran Dr. Mahani, M.Si., menghasilkan inovasi untuk memperbanyak bibit lebah trigona di penangkaran dengan cepat dan mudah. Inovasi yang dikembangkan sejak 2017 ini bernama Teknik Rapid Split.

Dijelaskan Mahani, teknik rapid split berangkat dari proses penggandaan koloni (breeding) lebah yang sudah dilakukan selama ini. Hanya saja, proses penggandaan yang umum dilakukan memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mendapatkan koloni baru dari satu koloni bisa membutuhkan waktu hingga 6 bulan.

Lewat teknik ini, proses penggandaan koloni bisa dilakukan dengan sangat singkat. Tidak sampai semenit, teknik ini sudah bisa menghasilkan satu koloni baru.

“Teknik rapid split hanya butuh waktu 20 detik. Kalau 1 hari kerja itu 8 jam, maka bisa berapa ribu koloni yang bisa kita split,” ungkap Mahani.

Proses penggandaan merupakan upaya untuk menjamin kelangsungan ekosistem lebah trigona di alam liar. Peternak tidak perlu mengambil koloni yang ada di hutan untuk dibudidayakan. Karena itu, Teknik Rapid Split sangat prospektif untuk mengatasi kendala ketersediaan bibit pada aktivitas budidaya maupun pembibitan lebah.

Akademisi yang juga pembudidaya lebah ini melanjutkan, pengambilan koloni di hutan secara langsung bukan berarti tanpa risiko. Peralihan koloni lebah dari alam untuk dibudidayakan akan mendorong pergeseran keseimbangan ekologis. Pengambilan koloni secara masif di hutan juga turut mengundang predator maupun kompetitornya.

Hal ini menyebabkan koloni lebah yang sudah dibudidayakan tidak menjamin bisa bertahan. Mahani menyebut, tingkat kematian koloni lebah trigona bisa sampai 30% per tahun akibat tidak bisa bertahan di tempat budidaya. Padahal, lebah tanpa sengat termasuk hewan yang resisten terhadap penyakit.

“Memang betul saat di alam liar tidak ada laporan adanya penyakit. Tetapi setelah dibudidayakan, banyak laporan tentang adanya penyakit. Sementara masyarakat tidak siap,” ujarnya.

Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin populasi lebah trigona akan cepat punah akibat ekstraksi besar-besaran dan kematian akibat tidak bisa bertahan saat proses budidaya. Karena itu, penggandaan koloni merupakan alternatif untuk menjaga keseimbangan ekosistem koloni lebah trigona di alam.

Proses Singkat

Inovasi teknik rapid split cukup sederhana. Menurut Mahani, ada sejumlah aspek penting dalam melakukan teknik ini. Hal pertama adalah mempersiapkan kotak anakan.

Kotak anakan terlebih dahulu dilumuri dengan material yang mengandung feromon lebah. Mahani mengistilahkan material feromon ini dengan sebutan “parfum lebah”. Parfum tersebut dilumuri pada dinding kotak untuk menjamin lebah betah saat berpindah ke kotak baru. Jika tidak diolesi parfum, akan membutuhkan waktu berbulan-bulan bagi lebah untuk bisa beradaptasi dengan kotak baru.

“Feromon ini membuat lebah merasa bahwa (kotak anakan baru) itu adalah tempat tinggalnya,” jelas Mahani.

Proses penggandaannya juga cukup mudah, yaitu cukup mempertukarkan kotak indukan ke kotak anakan. Pada proses ini, Mahani mengembangkan kotak lebah berupa tiga kotak yang disusun secara vertikal. Proses penggandaan cukup mempertukarkan kotak di bagian tengah dan atas dari indukan ke anakan.

Penukaran kotak tidak memerlukan waktu yang lama. Kurang dari 1 menit, proses pertukaran kotak sudah bisa menghasilkan satu koloni baru.

Lebih lanjut penerima penghargaan inovator propolis dari Business Innovation Center Indnesia ini menjelaskan, masa pembentukan koloni baru di kotak anakan merupakan fase kritis. koloni baru masih rentan untuk keluar maupun pindah dari kotak tersebut. Akibatnya, proses adaptasi ini akan mengundang predator datang.

Jika tidak diantisipasi, lebah bisa menjadi santapan lezat sang predator. Karena itu, langkah selanjutnya adalah menutup kotak anakan baru dengan propolis. Propolis ini bertujuan untuk melindungi koloni dari berbagai kemungkinan yang terjadi.

Kotak anakan pun diberi lubang kecil untuk mobilitas. Lubang disesuaikan dengan ukuran badan lebah trigona. Lebah pun bisa keluar masuk kotak dengan aman sedangkan predator dan kompetitor tidak bisa masuk ke kotak koloni.

“Dari sisi tingkat keamanan, ini sudah jadi pengaman koloni baru dari fase kritisnya,” kata Mahani.

Selama 2 minggu, koloni lebah baru melalui teknik rapid sudah mulai stabil. Bahkan, Mahani menyebut, dalam 3 hari saja, corong sudah bisa tumbuh di kotak baru. “Teknik Rapid Split menjadi satu penemuan luar biasa dalam teknik split di dunia budidaya lebah tanpa sengat,” imbuhnya.

Ide awal pengembangan teknik rapid merupakan hasil dari pemikiran Mahani sendiri. Secara kontinu, Mahani terus menemukan teknik yang efektif agar proses penggandaan koloni lebah trigona tidak memerlukan waktu yang lama.

Sementara desain kotak lebah merupakan hasil pengembangannya bersama para peternak lebah. Saat ini, kotak lebah tiga susun hasil pengembangan Mahani sudah mendapatkan paten.

Kembangkan Inovasi Pakan

Peneliti hasil perlebahan pada program studi Teknologi Industri Pangan Unpad ini menjelaskan, teknik rapid bisa dilakukan asalkan ada indukan yang siap digandakan. Cara termudah untuk melihat indukan siap di-split adalah dengan melihat ada atau tidaknya susunan telur di kotak tengah.

“Kalau di susunan kotak nomor 2  sudah ada susunan telur minimal 1/3 dari ketinggian kotak, maka indukan sudah siap di-split,” tuturnya.

Masalah lain kemudian mengemuka. Kecepatan teknologi rapid ternyata berbanding terbalik dengan jumlah kotak indukan yang siap digandakan. Teknologi yang cepat ini seharusnya didukung dengan banyak kotak indukan yang siap digandakan.

Indukan lebah harus dirangsang untuk rajin bertelur. Karena itu, Mahani mulai melebarkan sayap penelitiannya ke bidang suplementasi lebah. Ia mulai mengembangkan pakan atau suplemen yang mampu merangsang lebah untuk rajin bertelur.

Berdasarkan hasil pengamatan, lebah akan rajin bereproduksi saat musim kemarau. Sediaan serbuk sari (polen) pada bunga-bungaan cukup banyak pada musim kemarau. Polen ini merupakan santapan lezat bagi lebah sekaligus mampu merangsang lebah untuk bertelur.

“Polen yang bisa merangsang telur adalah polen yang skor asam aminonya tinggi,” papar Mahani.

Analisis inilah yang mendorong Mahani untuk mengembangkan pakan lebah dengan kandungan polen asam amino yang tinggi. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan jumlah indukan sehingga bisa dilakukan proses rapid split secara intensif.

“Unpad punya kontribusi luar biasa dalam mengembangkan perlebahan lebah tanpa sengat,” kata Mahani.*

Share this: