Usaha Rintisan Dapat Terus Tumbuh Meski Didera Pandemi

Laporan oleh Arif Maulana

usaha rintisan
[Foto ilustrasi] Mahasiswa sedang melihat beragam produk cendera mata Universitas Padjadjaran dalam situs lokapasar mall.unpad.ac.id, 12 September 2019. (Foto: Arif Maulana)*
[unpad.ac.id, 3/8/2020] Pandemi Covid-19 turut menggoyah kelangsungan bisnis, terutama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Namun, di sisi lain, pandemi juga memberikan peluang untuk melahirkan berbagai usaha rintisan (startup) baru.

Menurut praktisi hukum perusahaan yang juga pemilik usaha rintisan “Legalkeun” Achmad Billy Zulqiyam, ada banyak tantangan yang dihadapi saat akan memulai usaha rintisan pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru. Perlu konsistensi, komitmen, dan modal yang cukup dalam menjalankan bisnis.

(baca juga: Platform Digital Jadi Peluang Keberlangsungan UMKM di Masa Pandemi)

“Perlu ada persiapan modal dalam beberapa bulan ke depan, agar pemilik usaha bisa fokus menjalankan bisnis tanpa memikiran uang,” ujar Billy dalam Seminar Daring KKN-PPM Unpad “Membangun Startup di Era New Normal”, beberapa waktu lalu.

Alumnus Fakultas Hukum Unpad ini menjelaskan,komitmen kuat pemilik usaha dibutuhkan agar usaha rintisan bisa bertahan dan terus berjalan. Pemilik yang berkomitmen kuat biasanya mampu membawa usahanya menjadi lebih maju dan berkembang dari sisi produk dan pasar.

Hal ini ia pelajari saat melakukan pendampingan terhadap sejumlah pelaku usaha di Kota Bandung.

“Justru dengan komitmen, kita jadi cepat mengetahui apa bisnis yang tepat untuk dijalani,” ujarnya.

Selain komitmen, pemilik usaha juga wajib menyempurnakan bisnis model yang dibangunnya. Aktif berjejaring atau mengikuti beragam lomba/pameran akan menambah banyak masukan, terutama dari kalangan investor ataupun klien potensial. Kemampuan pemilik usaha dalam mempresentasikan produknya juga akan semakin baik.

Kunci lainnya dari keberhasilan usaha rintisan pada masa pandemi adalah rutin berbagi. Di luar logika, berbagi/sedekah di tengah kondisi yang sulit justru bisa mendorong usaha semakin meningkat.

Hal ini juga ia temukan dari beberapa klien yang telah mengaplikasikan konsep berbagi tersebut.

(baca juga: Menaikkan Nilai Jual Produk Usaha dengan Metode “Storytelling”)

“Secara logika, bisnis banyak drop di masa pandemi. Berbagi adalah satu-satunya cara untuk bisa survive. Di luar logika, banyak yang berhasil,” jelasnya.

Dari hasil analisisnya, Billy juga menyimpulkan ada sejumlah hal yang membuat bisnis stagnan atau cenderung gagal pada masa pandemi. Pertama, pemilik usaha terlalu idealis dan kaku dalam menjalankan bisnisnya.

Contohnya, pemilik ngotot menjalankan ide bisnisnya meskipun pasar tidak menyukai ide tersebut. Billy mengatakan, pemilik usaha harus rajin melihat tren dan selera pasar seperti apa. Apalagi, pandemi Covid-19 mengubah tren konsumsi masyarakat.

“Di era sekarang mau tidak mau kita harus fleksibel. Orang kaku pasti akan lewat di bisnis sekarang,” tegasnya.

Masalah lain adalah pemilik usaha terlalu pelit atau irit. Untuk menekan operasional, banyak pemilik usaha yang menjalankan usahanya sendirian. Mulai dari riset produk hingga promosi di media sosial.

Seharusnya, kata Billy, menjalankan usaha harus diatur berdasarkan porsinya. Pemilik bisa menghabiskan waktunya untuk riset dan menghasilkan inovasi produk baru.

“Mending nambah karyawan dengan gaji Rp 2 juta, tetapi omzetnya naik jadi Rp 20 juta, daripada investasi tidak ada tetapi tetap bisnisnya segitu saja,” ujarnya.

Didorong Pemerintah

Dosen Departemen Hukum Telekomunikasi, Informasi, dan Kekayaan Intelektual FH Unpad Dr. Danrivanto Budhijanto, LLM in IT Law, FCBArb, menjelaskan, sektor niaga-el (e-commerce) diprediksi akan terus meningkat. Pasalnya, pada era ini, masyarakat sudah tidak bisa dipisahkan dari perangkat gawainya.

(baca juga: Hindari Resesi, Pemerintah Genjot Pemulihan Ekonomi)

Karena itu, era ini merupakan momentum yang tepat untuk memulai dan menjalankan usaha rintisan dengan platform digital. Pemerintah sendiri terus menggenjot peningkatan ekonomi melalui platform ekonomi digital.

Ekonomi digital membuat Indonesia masih bisa bertahan dari deraan krisis akibat pandemi. Danrivanto menjelaskan, krisis yang terjadi di sejumlah negara diakibatkan sifat ekonominya yang bergantung pada aktivitas ekspor/impor dan distribusi.

“Kalau tidak didukung teman-teman startup, masyarakat akan tidak punya harapan,” jelasnya.

Seminar yang dimoderatori Dosen FH Unpad Helitha Novianty Muchtar, M.H., ini dibuka secara resmi oleh Dekan FH Unpad yang juga pembina KKN-PPM Unpad Prof. Dr. An An Chandrawulan. *

Share this: