Belum Ada Vaksinnya, Tenaga Kesehatan Harus Paham Hadapi Pasien Ebola

Bachti Alisjahbana, dr. (berdiri) saat menjadi pembicara pada Diskusi Unpad Merespons bertema "Indonesia Waspada Ebola" di Executive Lounge Unpad Jln. Dipati Ukur35 Bandung, Rabu (19/11).

[Unpad.ac.id, 19/11/2014] Dunia kini terfokus pada wabah Ebola. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) PBB meningkatkan status penyebaran wabah Ebola menjadi waspada, menyusul banyaknya kasus kematian di beberapa wilayah penyebaran virus, seperti Guinea, Sierra Leone, Liberia, dan negara-negara di kawasan Afrika Barat.

Bachti Alisjahbana, dr. (berdiri) saat menjadi pembicara pada Diskusi Unpad Merespons bertema "Indonesia Waspada Ebola" di Executive Lounge Unpad Jln. Dipati Ukur35 Bandung, Rabu (19/11).
Bachti Alisjahbana, dr., Sp.PD-KPTI, PhD (berdiri) saat menjadi pembicara pada Diskusi Unpad Merespons bertema “Indonesia Waspada Ebola” di Executive Lounge Unpad Jln. Dipati Ukur35 Bandung, Rabu (19/11). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

Sampai saat ini, belum ada vaksin/obat khusus yang dapat menyembuhkan virus Ebola. Penanganan pasien di ruang isolasi rumah sakit sifatnya hanya memberikan supporting theraphy. “Tenaga kesehatan yang bertugas mesti memahami betul penanganan pasien akibat virus Ebola,” ujar Dr. Tiana Milanda, Msi., Apt, dosen Fakultas Farmasi Unpad Unpad saat menjadi pembicara dalam Diskusi “Unpad Merespons: Indonesia Waspada Ebola” di Ruang Executive Lounge Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (19/11).

Selain menghadirkan Dr. Tiana, diskusi ini juga menghadirkan Bachti Alisjahbana, dr., Sp.PD-KPTI, PhD., dosen Fakultas Kedokteran, dan Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS., PhD., Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad, dengan dimoderatori oleh Gilang Yubiliana, drg., M.Kes., dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unpad.

“Standar operasional mesti dibakukan, seperti menggunakan baju khusus, masker, sarung tangan dan kacamata saat akan kontak dengan pasien, hingga penyegeraan penanganan pasien dan pelatihan mengurus jenazah Ebola,” ujar Dr. Tiana lagi.

Sementara Bachti Alisjahbana, PhD., mengatakan virus Ebola efektif melakukan penularan. Ia mampu bertahan dan mengeluarkan virus dalam jumlah yang sangat banyak. Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung antara kulit terbuka dengan darah, kulit, dan cairan pasien. “Virus Ebola menyebabkan penyakit berat dengan tingkat fatalitas yang tinggi,” ujar Bachti, PhD.

Namun, penularan virus tidak akan terjadi jika orang yang terinfeksi virus belum memperlihatkan gejala penyakit Ebola, seperti demam tinggi, nyeri otot, lemas, muntah, nyeri abdomen, delirium, hingga gejala Hemorrhagic.

“Transmisi virus Ebola melalui batuk/bersin belum juga terbukti sehingga kita masih bisa kontak komunikasi dengan pasien dalam radius dekat selama tidak ada kontak langsung dengan pasien,” ujar Bachti, PhD.

Berkembang pesatnya penyebaran virus Ebola memiliki banyak penyebab. Kusman Ibrahim berpendapat, salah satu penyebab adalah kondisi sarana kesehatan yang terbatas. Selain itu, faktor budaya masyarakat pun disinyalir menjadi penyebab berkembangnya virus Ebola.

“Ada kepercayaan bahwa jika kata Ebola diucapkan, akan tambah menyebar. Mereka menuduh tenaga kesehatan menjadi penyebab berkembangnya Ebola karena sering digaungkan. Mereka pun lebih memilih berobat ke dukun daripada tenaga kesehatan. Ini yang parah,” papar Kusman.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: