Panglima TNI, “Strategis, Peran Pemuda Hadapi Ancaman dari Luar”

Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, saat memberikan kuliah umum di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Senin (26/10). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 26/10/2015] Indonesia harus siap menghadapi berbagai ancaman yang datang dari luar. Namun, hingga saat ini belum banyak lembaga di Indonesia yang sudah menyatakan ancaman bangsa ke depan seperti apa. Padahal, kesiapan ini sangat penting demi stabilitas negara ke depan.

Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, saat memberikan kuliah umum di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Senin (26/10). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, saat memberikan kuliah umum di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Senin (26/10). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

Menurut Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, ancaman perang di sektor energi, pangan, dan air merupakan ancaman nyata yang akan dihadapi Indonesia ke depan. Hal tersebut diungkapkan Gatot saat memberikan kuliah umum bertema “Wawasan Kebangsaan dan Keamanan Nasional” di Bale Sawala Universitas Padjadjaran Kampus Jatinangor, Senin (26/10).

Kuliah umum ini dipandu oleh Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad, dengan peserta mahasiswa di lingkungan Unpad. Turut hadir pimpinan universitas dan Fakultas, serta Pangdam III Siliwangi Mayor Jenderal TNI Hadi Prasojo.

Gatot mengungkapkan, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, banyak negara yang ingin menguasai Indonesia. Hal ini sudah lama diperingatkan oleh presiden pertama RI Ir. Soekarno, kemudian dipertegas oleh presiden saat ini, Joko Widodo.

“Kita lihat pada kasus Arab Spring, konflik saat ini 70% berlatar energi,” kata Gatot.

Pada tahun 2043, diperkirakan jumlah penduduk bumi mencapai 13 miliar jiwa. Gatot menerangkan, sekitar 9,8 miliar jiwa hidup di kawasan negara nonekuator (tidak dilalui garis khatulistiwa), sedangkan sisanya tinggal di negara yang dilalui ekuator. Secara otomatis, penduduk di negara nonekuator akan mencari sumber daya alam di kawasan negara ekuator.

Ancaman tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun, Gatot menekankan, salah satu cara invasi yang saat ini mulai merambah Indonesia ialah ancaman proxy war. Ancaman ini, menurut Gatot, merupakan perang yang dilakukan oleh pihak ketiga yang menyerang Indonesia melalui berbagai aspek kehidupan.

“Lepasnya Timor Timur dari Indonesia merupakan contoh proxy war yang nyata,” kata Jenderal yang lahir di Tegal, 13 Maret 1960.

Contoh lainnya dari perang model ini ialah banyak demonstrasi massa yang acapkali membawa tuntutan yang tidak masuk akal, permainan regulasi, peredaran narkoba, hingga bentrok antarkelompok.

Meski perlahan sudah menggerogoti Indonesia, Indonesia masih memiliki modal untuk menangkis segala ancaman tersebut. Gatot mengungkapkan, Indonesia masih punya modal geografis dan demografi yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh rakyat.

“Di sektor modal geografis, kita punya potensi pertanian dan lautan yang melimpah. Kuatkan sektor agraria dan maritim kita. Wujudkan program swasembada pangan dan poros maritim dunia,” ujarnya.

Sementara di modal demografi, Indonesia punya kearifan lokal dan dasar negara yang kuat, yakni Pancasila. Berbagai nilai asli Indonesia terbukti mampu mengakomodir semua kepentingan kelompok menjadi perpaduan yang serasi dan harmonis. Demikian pula sila-sila dalam Pancasila merupakan pedoman ampuh yang tidak lekang oleh waktu.

“Pada intinya, peran pemuda sangat strategis untuk menghadapi ancaman tersebut. Pemuda harus bersatu,” pungkas Gatot.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh            

Share this: