Ekonomi Meningkat, Indonesia Perkuat Kerja Sama Selatan-selatan dan Triangular

[unpad.ac.id, 9/10/2017] Indonesia bersama negara berkembang sepakat mendeklarasikan Kerja Sama Selatan-selatan dan Triangular (KSST). Kerja sama ini dipandang penting sebagai upaya kontribusi Indonesia dalam bersama-sama meningkatkan kapasitas negara berkembang.

Para pembicara dalam Seminar Nasional “Exploring Indonesia’s Role in Soth-South Cooperation” di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Senin (9/10). (Foto: Tedi Yusup)*

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Fikry Cassidy mengatakan, Indonesia mendapat kepercayaan membantu meningkatkan kapasitas negara berkembang. Kerja sama ini dilandasi solidaritas, kesetaraan, dan saling menguntungkan antara Indonesia dan negara berkembang.

Saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional “Exploring Indonesia’s Role in Soth-South Cooperation” di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Senin (9/10), Fikry menjelaskan filosofi kerja sama ini diambil dari nilai-nilai yang lahir pascadigelarnya Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 silam.

Untuk itu, bantuan yang diberikan Indonesia tidak serupa dengan bantuan yang diberikan negara-negara maju. Bentuk bantuan yang diberikan Indonesia diantaranya berupa pelatihan, pengembangan sumber daya manusia, transfer berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, menggelar lokakarya, dan program magang.

Sebagai tindak lanjut, Indonesia juga rutin menyumbang berbagai fasilitas sarana dan teknologi.

Fikry menjelaskan, becermin pada momentum KAA yang mampu mendorong kemerdekaan negara-negara ketiga, maka kontribusi Indonesia untuk KSST tidak perlu diragukan lagi.

Di sisi lain, kondisi perekonomian Indonesia semakin meningkat di tingkat global. Masuknya Indonesia sebagai negara anggota G20 turut mendorong aktifnya peningkatan kontribusi untuk negara berkembang.

“Bantuan Indonesia melalui KSST ini anggarannya terus meningkat 10 kali lipat sejak 2016 jika dilihat dari data estimasi,” kata Fikry.

Perwujudan KSST didorong aktif oleh sejumlah Kementerian dan Badan Usaha Milik Negara. Namun, Fikry juga mendorong agar kerja sama ini dapat melibatkan seluruh aspek, termasuk akademisi dan mahasiswa.

Sementara itu, Dosen Departemen Hubungan Internasional FISIP Unpad Viani Puspita Sari, S.IP., MM, mengatakan, meski bertindak sebagai penyumbang, Indonesia masih berada dalam tataran kelompok menengah ke bawah. Dengan demikian, posisi ini membuat Indonesia tidak ingin menjadi pelaku penguasa perekonomian.

“KSST ini dilakukan lebih ke arah implementasi tanggung jawab Indonesia sebagai negara anggota G20,” ujar Viani.

Program bantuan berupa pelatihan dan transfer ilmu diharapkan dapat terus berlanjut. Viani mendorong agar kerja sama ini berlanjut hingga ke hal-hal teknis. “Kalau memang fokus terhadap tujuan ini, meskipun levelnya menengah ke bawah, tetapi kita harus serius menanganinya,” kata Viani.

Seminar yang digelar atas kerja sama Pusat Kajian Asia Afrika Unpad dan Tim Koordinasi Nasional Selatan-selatan RI ini juga diisi pembicara Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi Kemepupr Ir. K.M. Arsyad dan Dosen Universitas Parahyangan Yulius Purwadi.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: