Laporan oleh Artanti Hendriyana

Dekan Fakultas Keperawatan Unpad Henny Suzana Mediani, PhD, saat menjadi pembicara pada Seri Seminar Daring Pengabdian pada Masyarakat Fakultas Keperawatan Unpad, Sabtu (7/11) lalu.*

[unpad.ac.id, 12/11/2020] Keluarga memiliki peran krusial untuk pencegahan dan penanganan masalah stunting atau anak kerdil. Karena itu, upaya pemberdayaan keluarga pun sangat diperlukan.

“Keluarga adalah bagian dari masyarakat, merupakan faktor penentu bagaimana kita berusaha melakukan pencegahan dan penanganan stunting,” ujar Dekan Fakultas Keperawatan Unpad Henny Suzana Mediani, PhD, saat menjadi pembicara pada Seri Seminar Daring Pengabdian pada Masyarakat Fakultas Keperawatan Unpad, Sabtu (7/11) lalu.

Keluarga berperan penting mencegah stunting pada setiap fase kehidupan. Mulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, menikah, hamil, dan seterusnya. Hal ini mendukung upaya pemerintah dalam penanganan stunting di Indonesia.

[irp]

Dijelaskan Henny, fokus pemerintah dalam penanganan stunting antara lain melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dan memiliki kontribusi sekitar 30% dalam pencegahan stunting.

Sementara intervensi melalui gizi sensitif dilakukan melalui masyarakat umum, termasuk keluarga. Dampak intervensi ini lebih bersifat jangka panjang, dan memiliki kontribusi 70% dalam upaya pencegahan stunting.

Henny menekankan, pencegahan stunting penting dilakukan pada masa emas, yaitu 1000 pertama kehidupan. Meliputi masa anak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Peran keluarga pun sangat penting di fase ini.

“Ini adalah fase periode kritis bagaimana kedepan anak itu bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat, cerdas, dan optimal,” ujar Henny.

Saat anak dalam kandungan, penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan nutrisi terbaik. Ibu hamil pun perlu rutin untuk memeriksakan kandungannya.

[irp]

Selanjutnya, pemberian ASI ekslusif penting dilakukan pada anak baru lahir hingga 6 bulan untuk memberikan nutrisi optimal. Jangan sampai anak diberikan tambahan makanan yang tidak diperlukan.

“Pemberian ASI esklusif yang baik itu memang akan mengurangi kejadian stunting,” ujar Henny.

Saat anak 6 bulan, anak mulai diberikan makanan bernutrisi melalui program Makanan Pendamping ASI (MPASI). Dalam pemberian MPASI, keluarga perlu untuk memperhatikan kandungan gizi yang baik pada makanan anak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Keluarga juga wajib memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik mengenai bagaimana mendapatkan dan memberikan nutrisi pada anak. Nutrisi tidak harus mahal, yang terpenting adalah kualitasnya.

Selain parenting atau pola pengasuhan yang baik, diperlukan juga rangsangan psikososial, meliputi simulasi yang dilakukan orang tua pada bayi dan anak. Kebersihan dan sanitasi yang baik juga menjadi faktor penting dala mendukung tumbuh kembang optimal pada anak.

Menurut Henny, jika pada fase 1.000 hari pertama kehidupan tidak adekuat nutrisinya, berbagai masalah kesehatan dapat muncul. Masalah ini dapat muncul mulai dari usia bayi hingga tua.

“Jadi efeknya itu sampai usia tua. Bukan hanya sebentar,” ujarnya.

Seminar daring PPM ini digelar sebagai rangkaian dari peringatan Dies Natalis ke-26 Fkep Unpad. Selain Henny, pembicara yang hadir dalam seminar tersebut antara lain Restuning Widiasih, PhD, Wiwi Mardiah, M.Kes., Ema Arum Rukmasari, M.Kes., dan Desi Indra Yani, M.NS. Keempatnya merupakan dosen di Fkep Unpad.(arm)*

Share this: