Teknologi Sperm Sexing untuk Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Rd. Siti Darodjah (kiri) menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu yang diselenggarakan secara daring oleh Dewan Profesor Unpad, Sabtu (4/5/2024).*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Rd. Siti Darodjah mengatakan bahwa upaya peningkatan produktivitas peternakan melalui bioteknologi reproduksi menjadi upaya yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Salah satu teknologi yang terus dikembangkan adalah untuk separasi spermatozoa atau sperm sexing.

Namun, hal penting yang perlu dilakukan adalah kajian dan evaluasi penerapannya di kalangan peternak. Saat ini semen beku sexing sudah dijual di beberapa lokasi dan hasil produksinya perlu dikaji apakah sudah sesuai atau tidak. Jangan sampai peternak membeli spermatozoa kromosom Y untuk kebutuhan jantan, tetapi setelah dilahirkan baru diketahui ternyata adalah kromosom X.

“Harusnya kita perlu sekali feedback sampai sejauh mana keberhasilan separasi sperma itu,” kata Prof. Siti dalam Satu Jam Berbincang Ilmu yang diselenggarakan secara daring oleh Dewan Profesor Unpad, Sabtu (4/5/2024).

Prof. Siti mengatakan, titik kritis dalam pengembangan sapi potong adalah pembibitan. Upaya dari berbagai pihak termasuk peneliti dan akademisi adalah melakukan biologi reproduksi ternak, yaitu inseminasi buatan, transfer embrio, dan sperm sexing.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa melalui teknologi sperm sexing atau pemisahan spermatozoa kromosom X dan Y, maka pelaku usaha/peternak/praktisi dapat mengarahkan proporsi jenis kelamin populasi ternak yang dipelihara sesuai dengan kebutuhan produksi. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan sapi betina pada peternakan sapi perah dan kebutuhan sapi jantan pada peternakan sapi potong.

“Hasil dari penerapan sexing sperma itu sebetulnya produktivitas ternak itu dapat ditingkatkan secara efektif dan efisien,” katanya.

Untuk itu, ia bersama peternak atau industri berusaha mengkaji sejauh mana keberhasilan jenis kelamin anak ternak yang sudah dilahirkan dari sperma yang dipisahkan.

Saat ini, perbaikan metode pemisahan sperma terus dilakukan agar lebih efektif dan efisien. Ia pun telah beroloaborasi dengan berbagai pihak, termasuk peneliti dan industri untuk meningkatkan efektivitas sperm sexing.

“Sehingga sektor industri peternakan bisa mendapatkan hasil yang diharapkan,” kata Prof. Siti.

Untuk menyasar peternak kecil, ia dan tim juga memodifikasi alat penelitian yang lebih murah tetapi efektif dalam proses inseminasi buatan, seperti alat penampung semen, speculum untuk deteksi berahi, spons vaginal yang mengandung hormon progesteron. Ke depannya, ia dan tim akan terus dicari metode sederhana dalam sperm sexing.

“Untuk sperm sexing saya ingin mencari metode yang lebih sederhana,” katanya. (arm)*

Share this: