Dr. Cukup Mulyana, MS. “Dorong Mahasiswa Cintai Penelitian”

Dr. Cukup Mulayana (Foto oleh: Purnomo Sidik)*

[Unpad.ac.id, 29/12/2014] Menghasilkan mahasiswa peneliti bukanlah perkara mudah, namun dosen yang bertutur kata halus, ramah, namun tetap memiliki sikap tegas ini telah membuktikan dirinya memiliki semangat untuk mendorong mahasiswa agar mampu melakukan penelitian dan menghasilkan karya yang diperhitungkan. Dr. Cukup Mulyana, MS, namanya. Dia merupakan dosen program studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.

Dr. Cukup Mulayana (Foto oleh: Purnomo Sidik)*
Dr. Cukup Mulayana, MS (Foto oleh: Purnomo Sidik)*

Setidaknya, pada pelaksanaan kompetisi Unpad Motekar dua tahun terakhir, ada mahasiswa bimbingannya yang meraih gelar juara di kompetisi bagi para inovator yang digelar Unpad setiap satu tahun sekali dalam rangka Dies Natalis Unpad itu.

Pada Unpad Motekar 2014, mahasiswa bimbingannya meraih juara 2 di Kategori Inovasi Produk Teknologi dengan karya Automatic Tofu Maker – Machine/ATM atau Mesin Pembuat Tahu Terintegrasi. Karya ini sebelumnya juga ditampilkan di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXVII di Semarang, namun tidak berhasil meraih medali. Pada Unpad Motekar 2013 lalu, mahasiswa bimbingannya meraih juara 1 di kategori Inovasi Ekonomi Kreatif dengan karya Q-Art Code Cinderamata dengan Pesan Rahasia. Sebelumnya, karya Q-Art Code ini juga meraih medali setara perak di ajang bergengsi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXVI di Lombok.

Baginya, mahasiswa itu merupakan aset yang sangat berharga yang harus diarahkan dan terus dibimbing. Tidak hanya pembelajaran di dalam kelas, membangkitkan kreativitas dan memotivasi mahasiswa untuk terus berkarya merupakan salah satu perannya sebagai seorang dosen. Bahkan ia pun tak keberatan meluangkan waktu di luar jam kuliah untuk membimbing mahasiswa.

Nah di kampus ini, apabila mahasiswa dibimbing dengan bagus akan menghasilkan pekerjaan dan karya-karya yang bagus pula. Apalagi dengan adanya Program krativitas Mahasiswa atau PKM yang digulirkan oleh Dikti. Mahasiswa mulai belajar untuk mengerjakan sesuatu, mulai dari membuat proposal hingga barang jadi sehingga mahasiswa akan terbentuk kepribadiannya, mulai dari cara berpikir, cara bekerja, dan ini akan menjadi bekal mereka nanti di dunia kerja,” ungkap Dr. Cukup saat ditemui beberapa waktu lalu di kampus FMIPA Unpad, Jatinangor.

Selain mengajar mata kuliah fisika secara umum dan fisika yang berhubungan dengan energi, sudah sepuluh tahun terakhir ini Dr. Cukup juga mengajar pendidikan agama Islam di berbagai fakultas di Unpad, seperti di Fakultas Teknik Geologi, Fikom dan MIPA. Dengan kesibukannya tersebut, tetap tidak menyurutkan dosen kelahiran Cirebon 2 September ini untuk melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan energi.

Penelitiannya dibidang energi merupakan penelitian dibidang pembangkit listrik yang besar, dengan skala diatas 60 ribu Mw. Menurutnya kebutuhan listrik nasional itu tidak mungkin ditopang dari pembangkit listrik yang kecil-kecil tetapi pembangkit yang besar.

“Kenapa menggeluti dunia energi ini? karena ke depan Indonesia membutuhkan energi yang bersandar dari sana yaitu pembangkit listrik yang besar. Keahlian di bidang itu masih sangat dibutuhkan untuk didistribusikan di dunia industri ataupun rumah tangga. Itulah kenapa saya tidak mengambil porsi yang kecil-kecil tapi yang besar. Nah di sanalah akarnya dimana berapa puluh tahun kedepan pembangkit yang besar akan terus digunakan,” ujar Kepala Laboratorium Fisika Energi Unpad ini.

humas unpad _2014_12_12_00065107Ketika ditanya teknologi apa yang digunakan dalam penelitian tersebut, Dr. Cukup pun menjelaskan tentang “meningkatkan efisiensi”, yaitu persoalan bagaimana efisiensi dari pembangkit itu bisa stabil. Menurutnya seiring berjalannya waktu pembangkit tersebut pasti akan menurun kinerjanya karena disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya daya pembangkit yang bisa menghasilkan listrik 100 ribu Mw, lama kelamaan pembangkit tersebut akan turun kemampuannya. Dan disinilah perannya bagaimana mesin tersebut biar tidak cepat menurun kinerjannya.

“Inilah peran dari analisa kegagalan material. Analisis ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk mengetahui apa sih penyebab kegagalannya. Kemudian satu lagi memprediksi umur, dan itu bisa kita prediksi dengan apa yang kita pelajari. Nah setelah kita tahu permasalahannya baru kita kasih masukan, seperti pengantian peralatan, tambahan peralatan, atau dengan memanfaatkan energi yang terbuang seperti pemanfaatan panas mesin dari pembuangan untuk dimanfaatkan sebagai penambah energi. Dengan prediksi tersebut dunia produksi pembangkit listrik mempunyai persiapan, jangan sampai adanya satu kegagalan yang tidak terprediksi sehingga tidak ada lagi pemadaman listrik bergilir,” lanjut Dr. Cukup.

Berbicara mengenai efisiensi energi, Dr. Cukup memang begitu bersemangat. Hal ini terlihat ketika ia menjelaskan salah satu temuannya mengenai pemanfaatan panas terbuang dari Air Coditioner (AC) yang digunakan untuk memanaskan air. Alat tersebut ia sebut Multifungtion Air Conditioner atau Marcon. Selain itu, ia juga menjelaskan tentang penelitiannya bersama rekan-rekannya di Jurusan Fisika FMIPA Unpad yaitu Siklus Rankine Organik (SRO). Teknologi ini adalah memanfaatkan temperatur panas yang tidak terlalu tinggi, namun bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Menurutnya, potensi sumber daya alam panas bumi yang besar di Indonesia ini tidak seluruhnya menghasilkan uap dengan suhu dan tekanan yang tinggi, misalnya hanya berkisar antara 80°C-170°C. Belum lagi sumber panas bumi dengan karakteristik menghasilkan uap dengan kualitas yang kurang baik karena masih mengandung air. Kondisi suhu dan tekanan yang rendah ini tidak dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin karena kandungan airnya yang justru akan merusak turbin.

Ia pun yakin dengan temuannya, kedepan panas bumi dengan suhu dan tekanan yang rendah tersebut bisa dimanfaatkan secara tidak langsung yakni untuk menguapkan fluida kerja (refrigerant atau hidrokarbon) melalui mekanisme pertukaran panas dengan menggunakan SRO. Uap yang dihasilkan oleh fluida kerja tersebut selanjutnya bisa digunakan untuk menggerakkan turbin.

“Jadi pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan SRO memiliki keuntungan antara lain tidak membutuhkan sumber panas yang tinggi, sehingga pembangkit dengan waktu produksi yang sudah lama dan terjadi penurunkan kualitas suhu pun bisa terbantu dengan teknologi ini. Belum lagi teknologi ini tidak menghasilkan polusi, sehingga SRO ini sangat strategis ke depan,” pungkas Dr.Cukup.*

Laporan oleh: Purnomo Sidik / eh

Share this: