Wujudkan Cita-cita Indonesia Emas 2045, Cetak Biru EPI Disiapkan

Cetak Biru EPI
Tim penyusun Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi Yanuar Nugroho dalam webinar “Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi”, Selasa (27/4).*
Cetak Biru EPI
Tim penyusun Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi Yanuar Nugroho dalam webinar “Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi”, Selasa (27/4).*

[unpad.ac.id, 27/4/2021] Kemenristek bersama Bappenas dan Kemenpan RB memotori penyusunan Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi atau Cetak Biru EPI. Cetak biru ini disusun sebagai landasan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Salah satu tim penulis Cetak Biru EPI Prof. Arief Anshory Yusuf menuturkan, jelang 100 tahun Indonesia merdeka di 2045, salah satu cita-cita yang ingin diwujudkan adalah Indonesia masuk sebagai negara kelompok high-income country. Sayangnya, selama beberapa dekade, kemampuan Indonesia untuk mencapai cita-cita tersebut belum memungkinkan.

“Simpulan dari cetak biru ini adalah hanya ada satu jalan untuk mencapai cita-cita itu, yaitu bagaimana membuat ekonomi Indonesia ditopang oleh teknologi, riset, dan inovasi,” kata Prof. Arief dalam webinar “Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi”, Selasa (27/4).

Di dalam Cetak Biru EPI, tim mencoba menyusun sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan cita-cita Indonesia emas 2045. Dari data tantangan tersebut kemudian disusun strategi utama yang harus dibuat dan dijalankan.

Tim penulis Cetak Biru EPI lainnya, Yanuar Nugroho menjelaskan, Cetak Biru EPI disusun untuk mengintegrasikan sektor iptek dan inovasi dalam mendukung daya saing bangsa. Menurutnya, selama ini ranah iptek dan inovasi masih sebatas di lingkup Kemenristek. Padahal saat ini, iptek dan inovasi berguna untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan produktivitas bangsa.

“Jarang sekali iptek dan inovasi dikaitkan dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan,” kata Yanuar.

Yanuar menegaskan, dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 perlu ada perubahan dari arah pembangunan ekonomi. Selama ini, ekonomi Indonesia masih ditopang oleh jual beli komoditas. Padahal, saat ini ekonomi Indonesia harus berbasis iptek dan inovasi.

“Kalau kita mau ekonominya maju di 2045, kita memang mesti membangun ekonomi basisnya pengetahuan dan inovasi,” kata Yanuar.

Didukung dengan tiga kementerian terkait, tim menyusun draf cetak biru ini dalam waktu yang cukup singkat. Secara garis besar, iptek dan inovasi saat ini diintegrasikan dengan kebijakan dan perencanaan pembangunan.

Diharapkan, kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan mesti bermutu, berbasis bukti, mengikuti perkembangan zaman, hingga memahami tantangan pembangunan.

Selain itu, lanjut Yanuar, Cetak Biru EPI disusun untuk menciptakan dukungan politik. Ia menilai, berbagai inisiatif pemerintah acapkali tidak berlanjut karena tidak ada dukungan politik di dalamnya. “Agar berlanjut, harus ada political support,” imbuhnya.

Prinsip yang diusung dalam cetak biru ini ada tiga, yaitu pertumbuhan inklusif berbasis inovasi, kebijakan publik berbasis buki, serta isunya lintas komponen yang memastikan adanya kesetaraan gender dan inklusi sosial.

Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti mengatakan, perguruan tinggi, termasuk Unpad, juga telah membangun sistem. Sistem di perguruan tinggi dibangun dari lima unsur sistem, yaitu human capital, governance capital, physical capital, intellectual capital, serta financial capital.

“Lima unsur ini harus terintegrasi tidak bisa dipisahkan. Kelimanya harus bangun di dalam kegiatan yang ada interaksi di dalamnya. Kalau interaksi terjadi maka ekosistem berjalan,” kata Rektor.

Webinar ini menghadirkan dua pembicara lainnya yaitu tim penyusun Cetak Biru EPI Derry Pantjadarma dan Anugerah Yuka Asmara.

Selain itu, hadir pembahas yang terdiri dari Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad Prof. Arief S. Kartasasmita, Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sumber Daya Prof. Ida Nurlinda, serta Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Prof. Hendarmawan.*

Share this: