Dekamon Chunk, MPASI Instan Karya Mahasiswa Unpad untuk Cegah Stunting pada Anak

Produk inovasi MPASI instan "Dekamon Chunk" karya mahasiswa Universitas Padjadjaran.*

Laporan oleh Fajar Amali Kurniawan

[Kanal Media Unpad] Tim mahasiswa Agroteknopreneur Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran membuat inovasi makanan pendamping ASI (MPASI) instan untuk mencegah stunting pada anak. Selain bernilai gizi, produk yang diberi nama “Dekamon Chunk” ini juga praktis digunakan.

Para mahasiswa tersebut yaitu Itsnaini Syakirah Rabbani, Setyarini Rahayuningsih, Riri Andini Suganda, Ayesha Humaira Pujonarko, dan Muhammad Kamal Amarullah dibawah bimbingan dosen Pertanian Unpad Ana Khalisa, S.P., M.Si.

Dekamon Chunkmerupakan produk MPASI instan berbentuk cube yang dibuat dengan menggunakan metode Dehydrated Press agar praktis dan tahan lama. Pembuatan produk ini memperhatikan asupan gizi pada anak serta dengan menimbang minatibu milenial terhadap kepraktisan dalam memenuhi kebutuhan anak.

Produk yang merupakan implementasi dari Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) Kemendikbudristek RI ini berbahan dasar kale, salmon, wortel, bawang merah, dan bawang putih. Semua bahan yang digunakan dalam Dekamon Chunk berbahan organik tanpa tambahan perasa buatan.

“Melalui program kreativitas mahasiswa, kami ingin berkontribusi dalam menekan prevalensi stunting di indonesia. Selain itu, kami juga ingin memperkenalkan sayuran kale di mana sayuran ini sangat banyak mengandung nutrisi yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang si buat hati. Namun memang sayuran kale ini jarang orang tau dan jarang juga orang-orang menggunakannya untuk sehari-hari,” ujar Riri.

Cara penyajian dari produk ini sendiri adalah dengan mencampurkan 1 cube Dekamon Chunk untuk porsi makan bayi kurang lebih 100 gram.

“Penyajiannya cukup mudah dan praktis, ibu bayi hanya tinggal menyiapkan karbohidrat seperti seporsi bubur nasi atau kentang untuk anaknya,” jelas Kamal.

Dalam melakukan pemasaran, tim menargetkan pada ibu yang memiliki anak di masa MPASI.

Diungkapkan Setyarini, produk ini mendapatkan tanggapan positif dari sejumlah konsumen, di antaranya saat melakukan penjualan melalui Puskesmas Jatinangor.

Selain menjual secara langsung, mereka juga telah membuka pemesanan produk melalui berbagai kanal digital, seperti Instagram dengan nama akun @dekamonchunk.

“Awalnya kami takut dalam melakukan pemasaran langsung kepada masyarakat karena produk kami masih baru dikembangkan, namun ternyata respon masyarakat malah sebaliknya,” ujar Ayesha.

Tim berharap, produk Dekamon Chunk dapat lebih dikenal seluruh masyarakat Indonesia dan dipercaya sebagai solusi dari masalah stunting.

“Kami akan terus mengembangkan produk Dekamon Chunk dengan meningkatkan kualitas serta meningkatkan cakupan pemasaran yang lebih luas, tidak hanya di Jatinangor dan beberapa kota saja,” kata Itsnaini. (art)*

Share this: